September 20, 2019

UNBLOCK


Hari ini saya melakukan sesuatu yang menantang diri saya yang keras dan kaku. Diri saya yang menyimpan dendam dan amarah terhadap beberapa orang yang pernah menjadi orang yang istimewa dalam hidup saya: mantan-mantan. Bukan hanya mantan pacar, tapi juga orang yang pernah dekat dengan saya, termasuk (mantan) teman. Saya membuka blokiran saya terhadap mereka di sosial media maupun di hp. Saya ingin melepaskan beban itu

Mengapa? Mengapa tidak membiarkan saja mereka dalan daftar blokiran selamanya? Mengapa mengingat mereka saat ini?



Bermula, suatu hari saya berjalan kaki dari kantor ke apartemen saya yang berjarak 3 km. Perjalanan yang cukup panjang untuk di isi dengan memikirkan banyak hal

Salah satunya adalah tentang seorang cowok yang belakangan ini menelepon saya, setelah saya blokir dia dari sebuah aplikasi chat. Saya kemudian memblokir nomornya supaya dia tidak bisa menghubungi saya. Rupanya nomornya lah yang sering menelepon dan saya selalu bertanya-tanya siapakah orang itu tanpa menerima panggilannya. Nomor-nomor hp memang banyak yang hilang karena hp saya jatuh dilantai dan kemudian tidak bisa menyala sama sekali. Sekarang saya memakai hp baru, dan saya tidak punya lagi banyak nomor-nomor yang ada di hp saya yang rusak

Dan kali itu tanpa sadar saya mengangkat panggilannya, begitu mendengar suaranya saya langsung menutup panggilan. Buat dia mungkin semua belum selesai. Buat saya sudah. Dan saya sudah mengatakan itu padanya sebelumnya

Sudah lama saya mempertanyakan keputusan saya. Mengapa musti putus hubungan sama sekali? Mengapa tidak berteman? Toh dia orang yang baik

Saya mempertanyakan, mengapa saya selalu mengakhiri semua hubungan dengan cara seperti ini, termasuk teman, ketika kami ada konflik dan saya sudah malas berteman. Walau tidak memblokir, biasanya saya sudah tidak mau bertemu, bahkan menghindari lingkaran sosial dimana mantan teman itu berada

Mengapa? Saya mengulik-ulik perasaan saya. Mengapa?

Saya melihat banyak teman yang bisa berteman dengan mantan mereka, walau bukan teman dekat, setidaknya masih terhubung di sosial media. Saya juga melihat banyak teman yang kembali berteman setelah konflik besar. Walau mungkin pertemanan mereka sudah tidak sedekat dulu, tapi mereka masih bisa mengobrol

Saya pikir-pikir yang saya lakukan itu adalah "defense mechanism", mekanisme pertahanan saya terhadap rasa sakit hati, saya menghindari sumbernya. Dengan menghindari orang yang menjadi sumber perasaan sakit itu.

Saya tidak ingin melihat mantan bahagia karena saya akan sakit hati. Saya tidak ingin dia melihat saya masih jomblo, karena itu akan terlihat seperti kekalahan

Dan hari ini saya memutuskan untuk menentang ketakutan saya akan rasa sakit dan tidak nyaman itu. Saya membuka semua blokiran.

Mereka bukan orang yang penting lagi dalam hidup saya, apapun yang mereka lakukan (semoga) tidak akan mempengaruhi apapun lagi dalam hidup saya. Apapun fikiran mereka, tidak penting untuk hidup saya. Saya berusaha merasakan, apakah ada marah dihati saya? Sepertinya waktu sudah menggerusnya

Ada perasaan lega. Saya menghadapinya

Bangkok, 20-9-2019

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan pesan untuk tulisan ini yaa. Terimakasih