Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Embung Fatimah Saat Pandemi Corona

Emak bisa makan sendiri
Kebetulan saya sedang berada di Indonesia karena negara tempat saya bekerja (Thailand) memberlakukan lockdown, sehingga saya tidak bisa kembali sementara waktu

Suatu pagi, sekitar jam 7.30, saya bangun tidur dan menyirami sayuran yang baru saja saya tanam dan bunga-bunga. Saya lewat dari ruang tengah, saat itu emak sedang tidur tengkurap menonton TV. 

Dia memanggil saya dan berbicara satu-satu kata, tersendat-sendat dan tidak selesai, dengan mulut sedikit miring

Saya segera tahu 100% kalau dia kena stroke

Padahal sebelumnya saya golek-golek di tempat tidur, dan bahkan menyiram bunga ketika bangun. Andai saya keluar kamar lebih cepat

Segera saya menanyakan dimana kartu BPJS nya. Kami mendapatkannya dengan cepat. Bahkan tanpa berganti pakaian yang layak, kami melaju ke rumah sakit terdekat, yaitu Rumah Sakit Embung Fatimah yang cuma berjarak 10 menit kendaraan bermotor dari rumah

Saya langsung menurunkan emak didepan ruangan IGD, ada kursi dimana dia bisa duduk saat saya memarkirkan kendaraan. Parkir kebetulan disebelah IGD, emak masih bisa berjalan dan terlihat normal saat itu.

SUASANA RUMAH SAKIT SAAT PANDEMI CORONA DAN HARI RAYA IDUL FITRI

Disamping kanan pintu IGD disediakan air dan sabun untuk mecuci tangan, tetapi tidak ada petugas yang menyuruh kami untuk mencuci tangan. Hari itu adalah hari terakhir puasa, sore adalah buka puasa terakhir. Jadi suasana rumah sakit sangat sepi, mungkin petugas security banyak yang cuti?

Saya langsung membawa emak ke staff rumah sakit dan menyampaikan dugaan saya bahwa dia kena stroke. Saya menjelaskan kondisinya saat saya melihat dia berbicara kacau

Emak langsung dibaringkan di salah satu tempat tidur, syukurnya jauh dari tempat tidur IGD lain yang berjejer. Saat corona sedang merebak begini rasanya deat dengan orang lain sangat mengerikan, apalagi namanya di rumah sakit

Dokter bertanya-tanya kepada emak untuk mengetahui tingkat kesadarannya. Menyuruhnya membuka mulut, mengeluarkan lidah, menggenggam dan menarik tangan dokter, mengangkat tangan dan kaki. Tekanan darahnya diperiksa, sample darah diambil. Lalu emak disuntik obat. Dari sample darah diketahui gulanya mencapai 400, ini angka yang tinggi mengingat yang normal harus dibawah 200

Kami disuruh menunggu karena dokter mengobservasi perkembangannya setelah diberikan obat

Saya memperhatikan petugas di rumah sakit semuanya memakai pakaian tertutup namun tanpa perlindungan khusus di area kepala dan wajah. Mereka tidak memakai kacamata ataupun face shield. Cukup membuat saya heran mengingat virus corona juga bisa menular melalui mata, dan petigas kesehatan biasanya memakainya

Entah mengapa dokter mempersilahkan kami pulang, emak diberi obat. Mungkin karena melihat gerakannya bagus dan juga jawabannya yang cukup normal, agak mengherankan saya menguingat dirumah dia sulit bicara normal

Saya cukup senang disuruh pulang. Saya sungguh cemas berada di rumah sakit saat pandemi corona sedang terjadi. Seandainya hanya flu atau demam biasa, saya tidak akan membawanya ke rumah sakit

Esok paginya selesai sarapan, emak berbaring dan terlihat berusaha untuk duduk tapi tidak bisa. Saya bertanya ada apa, mengapa dan lain-lain. Dia tidak menjawab, sepertinya berusaha untuk berbicara tapi tidak bisa. Saya berfikir dia mendapat serangan ke-2. 

Saya mengajaknya lagi  ke rumah sakit. Saya bujuk dia tetap tidak mau. Setelah saya omelin panjang lebar, akhirya dia melunak dan kami segera meluncur lagi ke rumah sakit.

Masih sama dengan kemarin, tidak ada petugas yang mengarahkan kami untuk mencuci tangan, kita bisa bebas masuk begitu saja. 

Pemeriksaan di IGD dilakukan lebih teliti kali ini, dokter memeriksa ucapan, gerakan dengan lebih menyeluruh. CT Scan, darah, rekam jantung dan x-ray juga dilakukan. Dari CT scan diketahui kalau ada penyumbatan pembuluh darah di otak. Dokter merekomendasikan rawat inap

Kami menunggu beberapa jam sebelum kemudian emak didorong ke ruangan rawat inap. Rumah sakit sangat sepi. Counter-counter kebanyakan tutup, ruangan polikliklinik sepi. Mungkin Corona membuat orang enggan ke rumah sakit, mungkin juga karena lebaran orang menunda ke rumah sakit, atau memutuskan keluar dari rumah sakit menjelang lebaran

RUANGAN RAWAT INAP

Emak menempati kamar kelas 3 di lantai 3, ada 2 pasien lain di kamar tersebut, yang membuat saya ketakutan. ''Semoga mereka tidak punya virus itu ya Tuhan'' fikir saya 

Ruangan jaga perawat berada tidak jauh dari ruangan rawat inap. Mereka epertinya tidak mengawasi pengunjung terkait wabah Covid-19. Tidak ada pemaksaan ataupun anjuran pemakaian masker ataupun hand sanitizer. Di counter perawat juga tidak ada hand sanitizer. Padahal saya pernah dirawat di rumah sakit sekitar 10 tahun yang lalu, hand sanitizer tersedia di setiap ruangan untuk dipakai siapapun. Padahal itu juga rumah sakit pemerintah

Selama 3 hari 3 malam disana kami melihat pengunjung datang dan pergi. Pada saat itu saya hanya bisa pasrah mengenai virus corona. Setiap hari saya berganti jaga dengan abang dan kakak ipar. Saya sering mondar mandir di lorong rumah sakit. Kami memang tinggal sekitar 10 menit saja berkendara saja dari sana, sehingga memungkinkan buat kami berganti jaga setiap 6 jam. Saya akan pulang, memasak, mencuci baju emak di mesin cuci, lalu berberes dan santai sedikit sebelum ke Rumah sakit lagi.

Saya mengingat salah satu berita yang saya lihat di TV dimana seorang pasien kerumah sakit karena luka dijari, malah kemudian tertular corona. Ada juga yang kena stroke dirawat dirumah sakit juga tertular corona. Tapi dalam kondisi kami, apa yang bisa dilakukan selain pasrah? Bahkan saya sering tidak memakai masker didalam ruangan perawatan  karena terlalu lama disana. Terutama ketika saya tidur di malam hari

Meski rumah sakit adalah tempat yang paling menyeramkan saat ini, nampaknya kami masih beruntung, belum ada tanda-tanda terinfeski virus itu hingga saat ini. Mengingat kasus covid-19 di Provinsi Kepri 209 dengan kasus aktif  "hanya" 91 orang, mungkin sebaran virus saat itu tidak sampai ke Rumah Sakit Embung Fatimah. Walau rumah sakit ini sempat menjadi salah satu rumah sakit yang ditunjuk menangani pasien virus yang membuat dunia gonjang ganjing ini. Namun belakangan penanganan virus corona dipusatkan di rumah sakit khusus yang dibangun untuk menangani corona di Pulau Galang sana

Hari ini sudah 9 hari sejak kami keluar dari Rumah sakit. 2 hari yang lalu kami berobat jalan ke rumah sakit yang sama. Hingga hari ini belum ada tanda-tanda atau gejala corona di tubuh kami. 

Saya akan update lagi bagaimana kondisi kami setelah 14 hari

Batam, 6 Juni 2020















Share:

4 comments

  1. Utk pasien covid ruangannya beda kak.. ada digedung belakang sebelah kamar jenazah, perawatnya juga beda..dan mereka tak bergantian..jadi memang khusus covid ya perawatnya covid saja...yg umum ya perawat dan dokter umum...aku juga sempat masuk UGD saat bulan puasa, awalnya deg degan namun ya gitu la h pasrah juga..mau gimana lagi..memang butuh pertolongan rumah sakit..aku masuk UGD tgl 3 mai dan skrng Alhamdulillah aman aman aja tubuh namun tetap aku gak mau salaman dengan orang, meski lebaran....semoga mamak segera pulih kembali ya kak...diawasi saja geraknya jangan sampai terjatuh

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku malah ga lihat ada gedung lain ada tempat penanganan khusus covid, terimakasih doanya mbak Sarah

      Delete
  2. semoga mamaknya lekas sembuh kak :)

    ReplyDelete

Terimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan pesan untuk tulisan ini yaa. Terimakasih