Backpacking ke Cambodia (Kamboja) - Bagian 2

angkor wat siem reap cambodia kamobosa asia
Saya mejeng di Angkor Wat
Tahun Baruan di Siem Reap, 31 Desember 2014

Tadinya Jessica (teman jalan yang baru kenal dalam perjalanan menuju Siem Reap) ingin malam tahun baruan di Phonm Penh, karena kota itu lebih besar dari Siem Reap Dia berfikir tahun baru disana akan lebih meriah, tapi karena saat itu tanggal 30, nampaknya semua turis berbondong-bondong menuju Phnom Penh, jadi Jessica kehabisan tiket. Dia memutuskan untuk pergi ke Phnom Penh

tanggal 1 Januari, karena dia tidak mau menghabiskan malam tahun baru didalam bis.

Jessica tidak bisa extend kamarnya karena sudah full booked hari itu, jadi dia meminta saya untuk menanyakan apakah masih ada yang kosong dihostel saya. Ada 1 yang kosong dan saya bantu booking untuk Jessica, dan memberikan petunjuk arah supaya dia bisa datang.

Saya menyewa sepeda seharga $ 3 yang bisa saya pakai seharian, sebenarnya ada yang $ 2, tapi saya memilih mountain bike supaya lebih nyaman. Tanpa mandi saya mulai mengayuh dijalanan Siem Reap yang gila, jalan relatif kecil dan banyak orang yang parkir dipinggir jalan dan mengemudi melawan arus. Saya harus membiasakan diri mengemudikan sepeda saya di sebelah kanan karena mereka mengemudi disebelah kanan. Banyak turis yang bersepeda dan kebanyakan dalam rombongan (emangnya gue sorangan mulu - sambil ngelap air mata). Jessica saya ajak ikutan tapi dia ternyata tidak bisa mengemudikan sepeda

angkor wat siem reap cambodia kamobosa asia
Angkor Thom, Cambodia
Untuk mempermudah kembali ke hostel nantinya, saya memilih jalan yang lurus saja, saya menghindari belokan sama sekali. Saya senang dengan cuaca Siem Reap yang sejuk, karena sejuknya, saya memakai sweater lho. Konon cuaca sejuk ini karena musim dingin disebelah utara, yang berimbas ke Siem Reap. Kalau musim panas diutara, katanya disana juga panas membara. 

Saya sepedaan sekitar 1 jam, pergi dan kembali lalu kembali ke hostel dan berencana sepedaan lagi nanti. Setelah terhubung dengan wifi, saya mendapat pesan dari Jessica yang minta arah penginapan saya. Saya menjelaskan lagi. Setelah beristirahat sebentar, mandi dan saya mengabari essica kalau saya akan sepedaan lagi.



Kali ini saya mau ke Angkor dan ingin melihat Angkor dari jauh. Ketika pulang naik tuk-tuk dari sana kemarin, saya melihat danau disekeliling Angkor dan berniat duduk-duduk disana dan mengambil foto-foto. Tapi  saya tidak berniat bayar tiket lagi. 




Saya gowes sekitar 10 km, dan bertanya arah pada beberapa orang. Sesampainya dijalan masuk, saya dicegat pemeriksa tiket. Saya bilang saya cuma mau lihat Angkor dari jauh, dan saya tidak beli tiket karena saya sudah disana kemarin. Tapi katanya tidak boleh masuk tanpa tiket. Padahal posisi Angkor masih jauh dari tempat itu. baiklah. Saya memutar arah dan berniat kembali ke penginapan. Saya nyasar hingga ketempat yang ‘bukan kota’ lagi, jalan rusak dan rumah-rumah penduduk yang kecil, jalanan berdebu. Saya berusaha menggunakan insting saya untuk keluar dari tempat sepi dan menuju jalan besar. 

Saya berhasil mencapai jalan besar, jalan yang tidak saya kenali, sepertinya jauh dari penginapan saya. saya pun bertanya pada penduduk setempat, mereka menunjukkan arah yang kemudian saya ketahui bukanlah arah yang benar, apakah mereka salah mengerti pertanyaan saya? atau saya salah memahami apa yang mereka katakan? Saya bertanya pada seorang turis (bule) dan dia memberitahu jalan yang musti saya ambil, yang kemudian saya lihat memang sudah dekat ke daerah night market/penginapan saya. 

 

angkor thom wat siem reap cambodia kamoboja asia
Angkor Thom, Cambodia

Total saya sepedaan 2 jam siang itu mulai jam 10 hingga jam 12 lewat. Saya sampai dan dapat pesan dari Jessica kalau dia tidak bisa menemukan penginapan saya, dia memberitahu posisinya di sebuah restoran, dia sekalian makan dan untuk mendapatkan koneksi wifi. Saya bertanya pada resepsionis dimana restoran tempat Jessicca makan dan diberitahu kalau jaraknya dekat. Saya lalu melipir kesana dengan sepeda. Benar saja, memang jaraknya dekat. Jessica sedang makan ketika saya tiba, saya ikutan memesan jus mangga yang harganya $ 1. Beres makan dan minum, kami ke penginapan. Jessica check in dan kami jalan-jalan lagi ke night market padahal hari masih siang. Kami singgah melihat-lihat  tiket bis, ada beberapa pilihan harga yaitu $ 15, 10 dan 5. Kami memilih yang harga $5, walau agak curiga dengan harganya yang murah, yang penting mereka akan jemput kami ke penginapan, selebihnya, kami siap menanggung risiko.

Kami melihat-lihat dan membeli beberapa barang, Jessica membeli tas selempang bergambar gajah, dan saya sebuah kaos tanpa lengan yang ringan. Hari mulai gelap waktu kami berjalan menuju penginapan. Saya singgah di tempat penyewaan sepeda untuk mengatakan saya sedang jalan-jalan jadi saya akan antar sepeda telat (mustinya jam 6). Dia nampaknya tidak keberatan. Ketika sampai dipenginapan, saya langsung ambil sepeda dan mengembalikannya. Hari itu malam tahun baru, kami berencana pergi ke Pub Street untuk melihat keramaian dan mungkin ikutan menari lagi dilantai dansa. 

phnom penh cambodia kamoboja asia
Saya di Patung Norodom Sihanouk
Menjelang jam 9 kami sudah siap-siap dandan dengan pakaian serapi yang kami bisa, celana pendek terbaik dan baju kaos terbaik, tetap biasa aja sih, tapi itulah pakaian terbagus yang ada di ransel kami. Saya sudah siap keluar ketika Jessica bilang dia akan bicara dengan orang tuanya lewat skype. Akhirnya kami keluar sekitar jam 10.

Jalanan sangat ramai, hampir tidak ada tempat untuk lewat, kecuali memaksakan diri menerobos orang-orang. Polisi menutup beberapa jalan dari kendaraan, mungkin disanalah diperkirakan pusat keramaian menyambut malam tahun baru. Musik hingar-bingar dan nampak dari masing-masing pub pengunjung berdiri menari sambil mengangkat gelas/botol minuman mereka. Dijalanan orang-orang menari berdesak-desakan dan melemparkan bedak putih, air  dan minuman mereka. Semakin mendekati area pub, kerumunan semakin padat, saya melihat di beberapa tempat botol-botol pecah berserakan. Ini sudah berbahaya buat saya yang cuma pakai sandal jepit, dan banyak orang lain juga. Benar-benar chaos. Saya terus menerobos dan beberapa kali kehilangan Jessica yang bertubuh mungil itu.

Kami masuk ke pub tempat kami menari kemarin dan ternyata didalam tidak begitu ramai, yang ramai malah dibagian depannya. Tidak lama disana saya bilang ke Jessica saya lapar, kami pun keluar mencari makan. Karena suasana yang begitu padatnya, sulit melihat dimana penjual makanan yang biasanya pakai gerobak, saya tak berniat memilih-milih lagi. Ketika melihat ada penjual bubur, tanpa pikir panjang saya memesan 1 sambil duduk di trotoar. Tahun baru tinggal beberapa menit lagi, saya melahap bubur ayam itu panas-panas sambil memperhatikan keramaian. Kami sama-sama tidak mau lagi melewati kerumunan yang gila itu untuk mencapai pub tadi, kamipun menunggu beberapa menit menjelang hitungan mundur dimulai. Kemudian terdengar letusan-letusan, kami harus kecewa karena ternyata tidak ada kembang api disana. Kami hanya melihat ujung kembang api yang nyaris tidak kelihatan, entah dimana asalnya, mungkin disekitar Angkor Wat. Kurang dari 30 menit setelah hitungan mundur itu, kami kembali ke penginapan, sikat gigi dan langsung tidur.

perjalanan selanjutnya: Menuju Phnom Penh



Share:

0 comments

Terimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan pesan untuk tulisan ini yaa. Terimakasih