Mendaki Gunung Daimonji, Kyoto - Jepang, Sendirian


Kalau travelling biasanya saya mencari jalan-jalan ke alam atau ke hutan. Waktu browsing-browsing soal Kyoto banyak pilihan tempat semacam ini.  1 yang sempat saya jalani adalah Gunung Daimonji

Dengan bantuan google saya mendapat informasi bagaimana cara ke gunung ini. Ada beberapa alternatif jalan ke puncak. Jadi saya membuat rencana untuk naik dari salah satu jalan, kemudian turun dari jalan lain. Perjalanan mendaki kira-kira 2 jam, dan turun 3 jam

Walau begitu rencananya, saat saya berangkat saya belum memutuskan bagaimana pastinya pendakian ini, semua masih tergantung situasi dilapangan nantinya. 

Pendakian dimulai dari Kuil Ginkaku-Ji, kui yang juga dikunjungi turis untuk melihat kuil dan bentuk-bentuk pasir yang dibuat unik dan rapi (lihat foto). Saya mengunjungi kuil ini terlebih dahulu kemudian mencari jalan pendakian dengan bertanya pada beberapa anak ABG. Mereka tidak tahu jalannya tapi mencari di internet kemudian mengantarkan saya ke jalan yang dimaksud. Sungguh anak-anak muda yang ramah




Salah satu pasir yang dibentuk menjadi unik di kuil Ginkaku-Ji
                                                    
                                                


Bentuk pasir lain


Taman dalam kuil

Di awal pendakian saya bertemu pria bule yang sedang menggendong bayi. Nampaknya dia cuma jalan-jalan dan bersantai dibawah hutan karena dia berdiri sambil membaca buku, dengan bayi digendong depan. Kami sempat mengobrol. Dia rupanya expat yang kerja di Kyoto, jadi lumayan tau soal gunung ini. Dia menjelaskan soal jalan yang rencananya akan saya pakai untuk turun tersebut. Karena penjelasannya, saya jadi yakin untuk turun dari jalan itu 

Perjalanan naik sangat mudah (dari segi kemudahan mencari jalan) karena jalannya jelas dan lebar. Kalau soal tanjakannya, cukup lumayan melelahkan, nafas ya tetap ngos-ngosan. Cuaca tidak terlalu dingin, sekitar 15 derajat, cukup nyaman buat saya. Bahkan saya sempat membuka jaket karena berkeringat. Jauh berbeda dari beberapa hari lalu saat saya di Tokyo beberapa hari sebelumnya, cuaca mencapai 0 derajat, bahkan turun salju

Karena jalur populer, saya bertemu banyak orang dijalan, baik yang sedang naik maupun turun. Banyak anak-anak, bahkan balita dituntun atau digendong orangtuanya

 Sekitar 2 jam mendaki, saya tiba di puncak, pemandangan lumayan bagus, saya banyak melihat pemandangan di puncak gunung yang lebih bagus dari itu. Tapi untuk gunung yang tidak terlalu tiggi itu sudah lumayan 


Pemandangan menjelang puncak

Jalan setapak dan kota Kyoto

Setelah menikmati pemandangan, makan cemilan dan buah, saya mencari jalan turun dengan bertanya ke beberapa orang

Begitu perjalanan turun dimulai, jumlah orang dijalan berkurang jauh. Saya bertemu dengan beberapa orang di awal, tapi kemudian semakin sepi. Jalan setapak jelas, tapi tidak terlalu besar seperti jalur pendakian. Petunjuk semakin diperlukan karena banyak cabang jalan. Padahal petunjuk jalan kebanyakan memakai huruf Jepang saja. 

Saya sempat memilih jalan yang salah, jalan itu membawa saya turun ke sebuah lembah. Hutan menjadi tambah rimbun, jalan setapak semakin tidak jelas kemudian habis. Tempat itu sepertinya tidak biasa dilalui manusia. Jarak dari mulai turun hingga ke dasar lembah sekitar 1 km. Saya cukup merasa khawatir, untungnya saya bisa kembali ke jalan semula. Saya memang selalu tidak akan jauh meninggalkan jalan setapak

Jalan turun terasa lama dan panjang, sudah menjelang gelap tapi nampaknya belum ada tanda-tanda sampai. Saya berjalan terus sambil menatap ke kejauhan untuk melihat  dimana hutan akan berakhir. Dari tempat tinggi dan terbukan terlihat hutan masih panjang. Saya sangat khawatir akan masih berjalan dihutan saat sudah mulai gelap. Fikiran ini membuat saya berjajalan cepat


Petunjuk jalan hampir semuanya menggunakan bahasa Jepang


Burung hitam


Sebuah tempat berdoa ditengah hutan


2 wanita ini yang saya lihat ketika saya keluar dari hutan, saya keluar dari gerbang merah tersebut

Setelah berjalan tanpa tahu akan tiba dimana, saya melihat didepan sana adalah jalan raya

Jalan yang baru saja saya lalui dilihat dari jalan raya

Akhirnya saya melihat atap sebuah bangunan. Rupanya sebuah kuil. Ada 2 orang wanita berdiri dikejauhan. Suasana sangat sunyi. Senangnya luar biasa. Akhirnya saya tiba sebelum gelap. 

Kemudian saya mengikuti jalan kecil yang ada, entah menuju kemana, berharap ke jalan raya dan bisa ke stasiun kereta. Sekitar 20 menit  kemudian saya sampai di jalan raya dan persis di pertemuan jalan raya dan jalan yang saya jalani tadi ada stasiun kereta. Seperti mendapat rezeki nomplok, saya segera melompat ke kereta menuju hostel. Capek, lapar dan bahagia

* Kuil Ginkakuji sebagai tempat start pendakian bisa dicapai dengan naik bis  no 5, 7 dan 100 dari Kyoto Station, harga 230 Yen

* Tiket masuk kuil 500 Yen atau Rp 65.000

* Mendaki gunung Daimonji tidak harus mengunjungi kuil, karena tempatnya berdekatan tapi jalan tidak melintasi kuil

*Perjalanan Awal Maret 2020

Share:

4 comments

  1. menarik sepertinya. bisa divantu untuk details perjalanannya, sepert: statsiun start darimana, turun dimana, harga tiket berapa, tiket masuk area (kalau ada). :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih masukannya mas, sebenarnya informasi seperti itu mudah didapatkan dengan google, tapi saya pikir tidak ada salahnya saya tambahkan, sudah saya masukkan infonya ya. Terimakasih :-)

      Delete
  2. Bisa nih jadi referensi kalo traveling ke Jepang. Kyoto salah satu yang ingin saya kunjungi.

    ReplyDelete
  3. Kyoto ayem ya suasananya dibandingkan Tokyo yang meriah..syahdu banget mendaki gunungnya..aman juga ya walau sendirian...

    ReplyDelete

Terimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan pesan untuk tulisan ini yaa. Terimakasih