Kemeriahan Festival Pulau Penyengat 2016 [Bagian 1]





Walau hujan menerjang Batam sejak malam hingga pagi, saya dan teman-teman akhirnya berangkat juga ketika hujan sedikit reda. Rencana Awal sih dari rumah jam 7 pagi, tapi karena kami naik motor, kami meunggu cuaca membaik . Apa daya ditengah jalan hujan lebat lagi di sekitar Simpang Kabil, kami basah kuyup juga akhirnya :-(


Sampai di Pelabuhan Sri Bintan Pura Punggur, membeli tiket, saya lalu saya berganti pakaian untuk memanfaatkan waktu menunggu kapal berangkat. Sampai di Tanjung Pinang kami check in ke hotel terlebih dahulu untuk menaruh tas pakaian, lalu langsung ke Pulau Penyengat.

Ngomong-ngomong soal Pulau Penyengat nih, mungkin ada yang baca tulisan ini tapi belum begitu tahu soal pulau ini. Pulau Penyengat adalah sebuah pulau kecil yang berjarak sekitar 2 km dari Tanjung Pinang, Ibu Kota provinsi Kepulaua Riau, dan sekitar 35 km dari Pulau Batam. Ukurannya pulau ini cuma 2.000 meter  x 850 meter. Nah karena saya dari Batam, saya perlu menyebrang ke Tanjung Pinang dengan Ferry, lalu menyebrang lagi dengan pompong (kapal kecil) sekitar 10 menit ke Pulau Penyengat. Tiket Ferry Batam -  Tanjung Pinang sekitar Rp 55 ribuan (tergantung kapal yang kita pilih) dan dari Tanjung Pinang ke Penyengat Rp 7.000

Mengapa Ada  Festival Pulau Penyengat?


Mengapa Pulau Penyengat? karena, pulau ini mempunyai berbagai peninggalan bersejarah kerajaan melayu, diantaranya Masjid Raya Sultan Riau (yang dibuat dengan menggunakan putih telur sebagai perekat), makam-makam para raja, makam dari pahlawan nasional Raja Ali Haji, kompleks Istana Kantor dan benteng pertahanan di Bukit Kursi. Pulau penyengat dan kompleks istananya telah dicalonkan ke UNESCO untuk dijadikan salah satu Situs Warisan Dunia sejak tahun 1995 
(sumber: wikipedia). Jadi, pulau ini adalah bagian penting dalam sejarah kerajaan dan budaya melayu.





Tiba dipelabuhan Pulau Penyengat mata disambut pemandangan tidak enak, sampah-sampah menumpuk dipinggiran laut, sungguh kurang enak dipandang mata, apalagi ditengah event besar seperti itu. Saya tidak tahu apakah ini karena dibawa air laut atau dari penduduk setempat. Kami segera berjalan menuju tempat Festival. Ada sebuah plank susunan lengkap acara dipajang di gerbang keluar pelabuhan (depan Mesjid Pulau Penyengat). Segera saya mengambil gambarnya dengan kamera hp, untuk bisa saya lihat kemudian. Kalau pengunjung dikasi selembar peta acara mungkin lebih bagus kali ya,mungkin dengan beberapa lembar tulisan yang menjelaskan sedikit soal acara, supaya kita tahu lomba layang-layang yang sedang kita saksikan penilaiannya berdasarkan apa misalnya






Cumi masak hitam & Es Laksamana Mengamuk
Hujan kecil masih turun, suasana tidak terlalu ramai, mungkin orang-orang enggan datang karena masih gerimis. Kami berjalan menuju tempat acara layang-layang, layang-layang tetap mengudara walau tidak banyak.

Kami  kemudian ke tempat lomba kuliner melayu, berbagai makanan disajikan untuk perlombaan. Karena penjurian sudah selesai, kami di izinkan icip-icip makanan-makananan tersebut. Asyiik, mula-mula izin icip, lalu bilang "boleh nggak bu dihabiskan?". Tapi Ibu-Ibu itu dengan tersenyum mempersilahkan, bahkan memberikan nasi yang mereka simpan dibalik meja, kami lalu menghabiskan seporsi cumi masak hitam beramai-ramai. Sungguh mereka ramah-ramah dan tulus, makanan nya enak lagi, ini kedua kalinya saya mencoba cumi masak hitam. Tapi untuk Es Laksamana Mengamuk, itulah pertama kalinya saya mencoba, rasanya segar dan membuat ketagihan. Rencana sih icip aja, akhirnya malah ngabisin segelas *tersipu*

Hujan Deras Lagi

Berbagai kerajinan tangan hasil olahan dari kerang-karangan dijual 
Yaaah, hujan deras turun lagi ketika kami sedang bergerak menuju lokasi lain, terpaksa kami berteduh diwarung sambil memesan minum dan ngobrol hingga sore menjelang. Saat hujan berkurang ke tingkat gerimis, kami bisa bergerak walau harus pakai payung dan menutup kepala dengan telapak tangan, berkeliling pulau lagi, melihat-lihat bangunan-bangunan bersejarah yang ada disana.  

Kue Kepal-Kepal




Kue Kepal-Kepal

Selain menyicipi rasa makanan melayu di Lomba Kuliner, saya mencoba sebuah cemilan khas melayu disebuah warung yang menjual berbagai souvenir. Kue ini namanya Kue Kepal-Kepal, terbuat dari ketan, gula merah dan kelapa. Rasanya manis dan sangat wangi. Kata yang menjual, dulu makanan ini dicetak dengan telapak tangan, karena itulah namanya disebut demikian. Namun seiring perkembangan zaman, cetakan kue dibuat dengan berbagai bentuk. Kue ini harganya Rp 2000 saja


Di hari ke 2 Festival Pulau Penyengat, saya akhirnya melihat perlombaan lucu yang selama ini hanya saya lihat di TV, perlombaan apa itu? akan saya ceritakan di bagian ke 2 tulisan ini. Yuk, dilihat disini ;)







Share:

4 comments

Terimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan pesan untuk tulisan ini yaa. Terimakasih