Single Bahagia, Menikah Tidak Sempurna
It's amazing how people think that your life is finally perfect after you are married
Menikah dan hidup di Denmark 1 tahun lebih bukan perjalanan mudah buat saya. Tapi sepertinya orang-orang menganggap sekarang hidup saya sempurna. Saat mereka bilang '' udah enaklah sekarang kamu Rin'' rasanya agak-agak gimanaaa gitu. emangnya sebelum nikah hidup saya tidak enak?
Inilah pandangan umum terhadap orang single vs menikah. Buat mereka hidup sendiri adalah kekurangan, dan menikah adalah kebahagiaan/kesempurnaan. Masyarakat sering menganggap perempuan single sebagai wanita yang 'kurang' dibandingkan wanita yang sudah menikah. Padahal banyak penelitian, study dan survey membuktikan wanita single hidupnya lebih bahagia dibanding wanita menikah. Wanita single juga berumur lebih panjang dibanding dengan wanita menikah, hal ini berbeda dengan pria yang hidupnya lebih panjang jika menikah. Silahkan baca disini dan disini.
Menikah juga tidak lepas dari masalah, bahkan tidak sedikit, pernikahan membawa masalah rumit ke kehidupan sederhana wanita single. Hasil study tersebut membuktikan hal ini.
Demikian juga dengan saya, tantangan hidup yang sekarang saya hadapi, tidak pernah saya hadapi saat masih sendiri. Walaupun saya sangat bersyukur dengan pasangan dan hidup saya saat ini, saya pengen curhat soal tantangan hidup baru sebagai wanita menikah
Semua terdengar seperti kumur-kumur
2. Berkaitan dengan hal diatas, juga, sulit untuk dapat pekerjaan jika saya tidak bisa berbahasa Denmark. Hampir semua pekerjaan membutuhkan bahasa, jikapun bisa sedikit, tentunya jauh di banding dengan orang lokal yang fasih.
Tidak bekerja membuat saya merasa kurang independen karena menerima uang dari suami. Suami orangnya sangat baik dan tidak pernah protes dengan cara saya membelanjakan uang yang dia kasi. Saya memang membatasi diri alias tau diri, karena tidak mau kalau dia merasa saya menghambur-hamburkan uang. Waktu resepsi kami meminta kartu belanja untuk kado (disini biasanya orang bertanya pada pengantin/yang ulang tahun mau kado apa). Kartu belanja ini semua dikasi ke saya. Bebas untuk dibelanjakan dan jumlahnya cukup banyak. Sampai sekarang kartu ini masih banyak dan suami sampai di suruh-suruh saya belanjakan. Begitulah murah hatinya dia :-) dan betapa baiknya saya, belanja aja musti dipaksa-paksa :-D
Tapi tetap saja saya merasa kurang karena tidak bekerja. Merasa tidak berhak mengambil keputusan soal pembelian di rumahtangga kami.
Diving di Phuket, Thaiand |
Inilah pertama kali saya bergantung pada orang lain. Walau masih punya tabungan tapi suami bilang disimpan saja karena nilai uang di Asia kalau dibelanjakan di Denmark cepat habis
3. Musim atau cuaca
Denmark sering hujan, mendung dan kebanyakan cuaca dinginnya dibanding hangat. Musim panas pun butuh jaket. Orang lokal dan expat sering bercanda soal ini. Buat saya yang 99% hidup di negara tropis ini sangat tidak mudah. Memang sekarang rasnyalebih 'tahan' di cuaca dingin di banding di awal-awal. Tapi untuk saya yang suka beraktifitas, tetap saja tidak mudah hidup di negara yang keseringan hujan dibanding tidak
4. Jauh dari teman dan keluarga
Jauh di mata jauh di hati itu benar adanya, memang saya tetap komunikasi dengan teman-teman saya yang ada di berbagai kota di Indonesia. Tapi tetap saja sehari-hari tidak bisa bertemu dan menghabsikan waktu bersama mereka terasa kurang. Teman-teman move on dengan kehidupan masing-masing dan rasanya semakin jauh dan jarang komunikasi
5. Tantangan pasangan baru
Orang sering bilang yang tersulit dari pernikahan adalah 1 tahun pertama, saya setuju dengan ungkapan ini. 1 tahun pertama memang masa pengenalan pasangan secara intens, mulai mengenal apa yang disukai dan tidak disukai pasangan, belajar komunikasi, konflik dan pemecahan konflik. Jujur saya orangnya tidak terlalu pintar mengungkapkan apa yang saya rasakan, biasanya saya pendam dan diam. Sedikit-sedikit saya mulai belajar bicara, bukan diam dalam marah. Rasanya sekarang terasa lebih ringan. Jelas lebih baik dibanding awal-awal menikah
Puncak Gunung Rinjani |
Waktu single kebebasan nyaris tanpa batas. Keluyuran sampai jam berapapun tidak perlu memikirkan orang lain.
Walau sekarang banyakan santai-santainya, rasanya ''nggak enak'' kalau keluar rumah saat suami pulang kerja. Walau dia tidak pernah komplain tetap saja saya biasanya pulang sebelum suami pulang. Apa yang hendak dimasak atau mau makan apa, travelling, rencana weekend, semua harus mempertimbangkan pasangan. Dulu saya liburan selalu memilih aktivitas apa yg paling menantang, sekarang, harus mempertimbangkan suami sukanya apa, bisanya apa
Saya yakin pasangan lain punya tantangan yang berbeda. Saya banyak dengar pasangan bermasalah dengan mertua, keuangan dll. Siapa yang kita pilih sebagai pasangan memang membawa efek langsung ke kehidupan kita
17 Agustus 2023
6 comments
tetap semangat kak belajarnya,
ReplyDeleteyang orang lihat kita hanya luar nya saja makanya mereka bilang enak,
mereka tidak merasakan bagaimana prosesnya.
Nah, itu stigma yang mesti di rubah sama orang kita. Menikah itu, malah lebih berat tantangannya. Menyesuaikan dua kepala menuju satu tujuan itu butuh waktu. Kak Rina dah hebat, bisa melalui step by step ritme kehidupan baru. Semangat kak..
ReplyDelete5th awal itu masa penyesuaian kak, sama dulu juga kaget, lama-lama mulai terbiasa, semangat belajarnya kakak biar bisa kerja lagi.
ReplyDeleteTantangan terbesar bagiku juga bahasa kak.... Apalagi bahasa Denmark, Norway, dan Swedia memang lebih sulit daripada Inggris.... Cahyooo kak. Waktu di Oslo ak juga ikut kelas bahasa Norwai, tapi gak ada yg nyangkut. Kwkwkkwwk
ReplyDeletePaham banget sih gimana awal-awal menikah dan Masa Masa penyesuaian ini. Apalagi dari segi waktu hiks.. Bener banget deh, pas single bebas keluyuran sampai jam berapa pun. Pas udah nikah harus banyak yang di pertimbangkan. Well, semangat ya mbak Rin. Senang baca cerita mbak Rina.
ReplyDeleteTest
ReplyDeleteTerimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan pesan untuk tulisan ini yaa. Terimakasih