Jalan-Jalan ke Beijing (Backpacking) - Bagian 2
Tulisan ini lanjutan dari tulisan pertama soal jalan-jalan ke Beijing, Cina
. Summer Palace
Summer Palace, Beijing |
Saya sudah mencatat bagaimana cara untuk menuju tempat ini seperti ini: naik
MRT Line 10, berhenti di Bagou station (stasiun terakhir line 10) lalu berjalan kaki kira-kira 1,5 km, from station you will
see river – turn right and walk around the river and follow the crowd
Singkat cerita saya turun di Bagou station, saya keluar dari
bawah tanah dan nongol di pinggir jalan yang langsung berada di halte bis. Saya
tidak melihat ada sungai, welehh, seperti biasa saya harus bertanya. Saya
menghampiri sepasang (mungkin) suami istri yang berusia sekitar akhir 30 hingga
40an, saya memilih yang bertampang muda dengan harapan mereka bisa berbahasa
inggris, tapi ternyata mereka tidak bisa. Akhirnya saya
menggunakan bahasa andalan saya: Ni ce tau Yihe Yuan? (apakah anda tau Summer
Palace?) dia mengerti apa yang saya tanyakan, namun dia tidak tahu saya harus
naik apa. Mereka memanggil security dan bertanya, dan tentunya saya tidak mengerti, si ibu meberitahu saya bahwa saya harus naik bis lagi, dan saya akan melihat gerbang Summer Palace disebelah kiri. Dia menyarankan saya untuk menyampaikan pada supir bis bahwa saya ingin
diturunkan di Yihe Yuan. Entah apa yg diucapkan, tapi saya dapat memahami apa
maksud mereka. Saya naik ke bis dan mengatakan ke pengemudi nya: Yihe Yuan, dia
mengangguk. Bagaimana dengan sungai dan jalan kaki yang ada dipetunjuk yang
saya catat? Entahlah, mungkin dulu ada sungai? Karena saya melihat ada pagar
tembok didekat situ, mungkin dibaliknya sungai (Soal ini menjadikan kenangan
lucu yang kemudian hari selalu membuat saya tertawa mengingatnya, karena
petunjuk yang saya catat sama sekali tidak akurat, tapi setidaknya petunjuk itu
menunjukkan stasiun MRT perhentian yang benar dan sudah dekat ketujuan saya)
Kemudian pengemudi
menurunkan saya disebuah gerbang, belum terlihat apa-apa disini. Saya menuju
gerbang itu dan membayar 50 Yuan atau sekitar Rp 75.000 (ada pilihan tiket
untuk hanya melihat bagian luar saja, tanpa akses ke istana-istana, saya lupa
harganya, tapi tentu saja saya memilih akses kesemua tempat)
Saya berjalan sedikit dan kemudian disambut pemandangan
indah sekali, sebuah danau bersih yang luas dan bangunan-bangunan berciri khas arsitektur
negri tongkok disekeliling nya. Kompleks sangat luas, saya segera lupa soal
bagaimana bingung nya saya menuju tempat ini. Saya berniat menyewa audio tour,
namun saya harus kecewa karena yang
berbahasa inggris sudah habis terpakai wisatawan, tidak ada yang tersisa. Terpaksa
saya melanjutkan melihat-lihat tanpa alat itu L
Seharian saya berada disana, diantara keramaian orang-orang
yang berbahasa asing, 2 kali saya berpapasan dengan kelompok tour berbahasa
Indonesia dan sempat berbicang dengan guide salah satu kelompok. Mereka dari
Jakarta dan akan ke Shanghai dan Suzhou juga.
Sayangnya saya tidak bisa rekam berapa kilometer perjalanan saya karena tidak membeli karti SIM card Beijing, tapi saya rasa diatas 5 km
Ketika akan meninggalkan Summer Palace, di halte bis tempat saya turun tadi, saya bertanya ke seorang cewek yang cantik sekali soal jalan pulang, kejadian langka: dia bisa berbahasa inggris! alangkah beruntungnya saya. Dia menjelaskan pada saya bahwa halte itu adalah halte terakhir, bis tidak lagi mengambil penumpang disana, saya harus jalan kaki menuju halte selanjutnya dan naik dari sana. Setelah mengucapkan terimakasih, saya pun berjalan menuju arah yang yang ditunjuk si cewek tadi. Banyak sekali bis-bis tour yang parkir, jadi saya harus mencari-cari halte dibalik bis-bis itu, setelah jalan sampai 15 menit, saya tidak juga menemukan halte. Saya berjalan terus mungkin hingga 30 menit ketika saya melihat ada papan tanda MRT. Saya senang sekali, saya tak lagi perlu naik bis.
Entah bagaimana informasi yang dijelaskan cewek tadi, mungkin
saya melewatkan halte yang dimaksud nya. Ketika berangkat saya menyambung 3
line, kali ini hanya 2 line, hari sudah mulai gelap ketika saya naik ke kereta.
Saya tiba di hostel kelelahan, membeli
makan malam dan langsung bersantai
dikamar sambil melihat-lihat foto jepretan saya hari itu di laptop, malam itu
saya tidur nyenyak sekali karena kecapean
Sayangnya saya tidak bisa rekam berapa kilometer perjalanan saya karena tidak membeli karti SIM card Beijing, tapi saya rasa diatas 5 km
Summer Palace, Beijing |
Ketika akan meninggalkan Summer Palace, di halte bis tempat saya turun tadi, saya bertanya ke seorang cewek yang cantik sekali soal jalan pulang, kejadian langka: dia bisa berbahasa inggris! alangkah beruntungnya saya. Dia menjelaskan pada saya bahwa halte itu adalah halte terakhir, bis tidak lagi mengambil penumpang disana, saya harus jalan kaki menuju halte selanjutnya dan naik dari sana. Setelah mengucapkan terimakasih, saya pun berjalan menuju arah yang yang ditunjuk si cewek tadi. Banyak sekali bis-bis tour yang parkir, jadi saya harus mencari-cari halte dibalik bis-bis itu, setelah jalan sampai 15 menit, saya tidak juga menemukan halte. Saya berjalan terus mungkin hingga 30 menit ketika saya melihat ada papan tanda MRT. Saya senang sekali, saya tak lagi perlu naik bis.
Summer Palace, Beijing |
2. Tembok Cina/The Great Wall
Saya berencana ke tembok Cina dengan teman yang saya kenal
dihostel, dia cewek asal Cina tapi dari kota lain yang datang ke Beijing untuk
jalan-jalan. Sebenarnya kami membuat rencana hari Jumat, tapi karena ada
ramalan cuaca akan datang hujan dan angin kencang, kami menundanya hingga hari
Sabtu. Pilihan hari yang tak begitu baik, karena weekend membuat tembok Cina
penuh sesak oleh turis.
Saya beruntung bisa pergi kesana dengan wisatawan
lokal, karena saya tidak perlu ikut tur
yang ditawarkan pihak hostel segarga 350 yuan atau Rp. 500 ribu, paket ini
termasuk bis, tiket masuk, makan siang
dan guide. Lumayan
Sebenarnya saya punya catatan cara kesana: bus No 635 to
Dengshengmen Ã
then transfer to 877, tapi pihak hotel menjelaskan untuk mengambil bis itu saya harus nyambung beberapa bis. Padahal
kemudian saya tahu itu tidak benar
Kami berjalan kaki sekitar 300 meter ke stasiun bis dan menunggu bis yang menuju Ba Da Ling. Bis
pertama harus kami lewatkan karna keburu penuh, bis berikutnya yang akhirnya
membawa kami, ada pembicara dalam tur ini, semacam guide, dia menjelaskan dalam
bahasa mandarin, pastinya saya tidak mengerti. Cuaca cerah ketika itu,
sepanjang jalan terlihat pohon-pohon yang hampir semuanya tidak berdaun akibat
musim dingin yang baru saja berakhir. Ketika perjalanan mulai memasuki area
berbukit, kami mulai melihat penampakan tembok cina dikejauhan, perasaan takjub
langsung memenuhi saya. Mata saya tak lepas dari kaca jendela yang lebar. Sekitar
1,5 jam kami tiba, tembok yang beken itu ada didepan mata. Kami segera membeli
tiket seharga 60 Yuan atau Rp 90 ribu dan
saya menyewa audio tour seharga 40 Yuan atau 60 ribu (harga ini saya lupa-lupa
ingat euy)
Tembok cina, ketika masih ada sisa salju |
Saya di tembok Cina |
Cuaca dingin banget karena angin kencang dan salju masih
banyak ditanah, satu hal yang saya sesalkan, karena penuh nya pengunjung, sulit
untuk mengambil foto tanpa adanya gangguan dari orang yang melintas. 2 cewek
mungil yang berjalan bersama saya
nampaknya senang-senang saja saya mintai tolong untuk mengambil foto saya. Sambil
berjalan saya mendengarkan penjelasan audio tour, memang ada nilai plus
berwisata dengan audio tour (yang terus terang saya kenal pertama kali ketika
saya di Cina). Saya belum pernah lihat barang begituan di Indonesia hehehe.
Alat itu menjelaskan lebih mendalam mengenai sejarah Tembok Cina dan fungsi
setiap bagian bangunan
3. Beijing Olympic Stadium
Karena
saya mendengar stadium ini sangat bagus kalau malam hari, maka saya memutuskan untuk datang 2 kali, pada
siang dan malam. Butuh 3 kali menyambung MRT dari hostel saya ke stadium ini.
Saya pergi pagi, udara dingin sekali, saya memutuskan tidak membeli tiket masuk
karena tidak begitu tertarik. Saya melihat banyak yang berjualan layangan
tandem, maksudnya, layangan yang bergandengan ketika diterbangkan. Disebelah
stadium berbentuk sarang burung itu, ada Water Cube, tempat olah raga air, saya
pernah melihat bagaimana pemerintah Cina membangun tempat ini sehingga sangat
tertarik untuk mengamatinya. Kalau saya tidak salah, gelembung-gelembung yang
ada pada stadium itu di isi dengan air. Banyak patung-patung disekitar stadium
ini, ada juga toilet umum.
Sorenya
saya pergi ke Beijing National Museum, namun Karena hari sabtu, tempat itu
tutup jam 3, saya tiba sudah hampir jam 4. Dengan kecewa saya kembali ke hostel.
Sore itulah satu-satunya waktu yang tersisa untuk ke museum itu, karena besok
paginya saya harus berangkat menuju Suzhou. Apa boleh buat :’(
Stadiun Olimpiade Beijing yang berbentuk sarang burung |
Water Cube, Beijing |
Saya kembali ke hostel, lalu pergi lagi malam nya ke stadium
yang sama. Memang tidak sia-sia saya mendengarkan sarah teman-teman, stadium
memancarkan cahaya warna-warni. Walau cuaca sangat dingin mengigit dan saya
hanya mengenakan sweater. Malam itu seorang mickey mouse jadi-jadian mendekati
saya menawarkan diri untuk foto bareng, saya sangat senang, saya pun berfoto
ria dengan dia, dia merangkul dan memegang tangan saya. Setelah selesai, dia
meminta uang, mula-mula saya bingung apakah saya harus membayar atau tidak,
setelah berfikir sebentar, saya pun menolak, dengan alasan: dia tidak
memberitahu sebelumnya. Tentu saya tidak tau bagaimana cara menolak dia, saya
hanya menggeleng-geleng sambil bilang no, no dan pasanga wajah batak galak saya. Dia
akhirnya diam.
Malam itu adalah malam terakhir saya di Beijing, saya
kembali ke hostel, tidak lupa membeli makan malam terlebih dahulu. Walau itu
malam terakhir, tak ada niat saya untuk menelusuri tempat hiburan malam seperti
yang saya rencanakan.
Water Cube Olympic Stadium, Beijing, Cina |
Bird Nest, Stadiun olah raga Olimpiade yang mirip sarang burung, Beijing, Cina |
4. Saya Tak Mau Naik Kereta Kambing Lagi
Saya lupa persisnya di hari apa, saya pergi ke stasiun
kereta untuk merubah jenis kereta yang akan saya tumpangi menuju Suzhou. Saya
tak mau lagi sengsara selama 12 jam, apalagi batuk saya belum juga sembuh, saya
malah semakin menderita karena kontraksi otot yang berlebihan ketika batuk,
membuat saya kesakitan dibagian perut. Sakit bukan sekedar sakit, sampai
membuat saya harus memegangi perut saya ketika batuk, da membuat saya
mengerang-erang ketika batuknya selesai.
Saya sudah membawa jadwal dan jenis kereta yang saya mau
dalam buku catatan saya. Proses penukaran tidak mudah walau petugas yang saya
datangi ada tulisan “English” nya di counter.
Terakhir kalinya, saya naik MRT menuju stasiun Beijing,
stasiun yang sempat diberitakan kompas.com sebagai stasiun yang lebih bagus dari
pada bandara di Indonesia. Ketika saya disana, ada rombongan atlet sedang akan
berangkat, saya tidak tahu mereka menuju kemana, tapi rombongan mereka besar.
Waktu saya telah masuk kedalam kereta, saya melihat sepertinya kereta belum
akan berangkat, sayapun menyempatkan diri berfoto bersama kereta super cepat
ini dari luar. Kecepatan mencapai 306 km/jam (ada layar yang
menampilkan speed kereta).
Perjalanan memakan waktu 5.5 jam. Meski harga tiket “lumayan”, dan kami melewati jam makan siang, kami tidak diberi makanan atau minumam apapun selama dijalan, bahkan air putih pun tidak. Untung saya punya 2 buah roti di tas saya *sight*
Selamat tinggal Beijing, one of the best holiday I ever had. Sangat berkesan karena saya traveling ditempat yang tidak saya pahami bahasanya, dan seorang diri.
Seluruh hak cipta foto: penulis blog/Rina
Harga-Harga berdasarkan kurs saat itu 1 yuan = Rp 1500
1 Tiket masuk summer palace 50 Yuan atau sekitar Rp 75.000
2. Tiket masuk Tembok Cina 60 Yuan atau Rp 90 ribu dan saya menyewa audio tour seharga 40 Yuan atau 60 ribu
3. Bis ke Tembok Cina sekitar 6 atau 8 Yuan (lupa)
4. Beijing Olympic Stadium: gratis karena saya hanya diluar saja, kalau masuk sekitar 50 Yuan atau Rp. 75.000
5. Tiket pergi, kereta ekonomi 150 Yuan atau Rp 225.000
6. Tiket pulang, kereta eksekutif (Train G127 Beijing - Suzhou) 523.50 Yuan atau Rp. 785.000
2 comments
Iiih kereeen Great Wall... pengen ke sanaaaa *matalopelope
ReplyDeleterombongan yg kemarin berangkat dapat 1,5 an udh pp mbak Dian, ayo berburu tiket murah :D
DeleteTerimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan pesan untuk tulisan ini yaa. Terimakasih