[Jangan Bilang Emak Saya] Bertualang Sendiri ke Pulau Bintan Nan Sunyi (Bag - 1)
Inilah motor yang menemani perjalanan saya selama 2 hari di Pulau Bintan |
Indonesia bahagia lagi, tanggal merah berturut-turut 2 hari, Kamis dan Jumat, jadi jika digabung dengan Sabtu dan Minggu, kita akan libur 4 hari berturut-turut, asyik banget kan. Tapi sejak sebulan lalu saya sudah pusing *baca: galau* mikirin akan kemana. Mengapa pusing? Karena saya nggak punya budget liburan saat ini. Kalau punya budget, saya mah nggak pusing, malah mungkin nambah liburan dengan cuti, tinggal booking tiket ke Jepang, Amrik atau yurop, nambah deh cuti 6 hari, supaya komplit 10 hari. Tapi kan hidup ini bukan selalu soal liburan, tapi juga soal tabungan yang berkurang, rencana-rencana yang masih di angan dan juga soal banyaknya pengeluaran bulan lalu. (Ini ngomong apa sih? Saya juga bingung). Mulai ngelantur deh. Maaf
Kemana? kemana? kemana? *Ayu Ting Ting*
Saya lalu browsing soal Pulau Kundur, sebuah pulau yang masih terletak di Kepulauan Riau, mengapa ke Kundur? karena saya sedang ingin ke tempat agak sepi dan berinteraksi dengan masyarakat, pantai yang tidak populer mungkin, bukit kecil mungkin, yang penting sepi dah. Saya sudah berangan-angan aja bagaimana suasana disana, duduk disamping tenda sambil minum teh hangat, lalu ngemil kacang, atau tidur di hammock dengan angin yang bertiup sepoi sepoi
Tiket roro saya dan motor |
Hari ke 2 liburan saya berangkat dengan membawa sebuah ransel dan mengikatnya dibelakang motor. Oh ya, saya meminjam motor abang, karena motor saya hanya bisa dipakai didaerah Free Trade Zone Area (FTZ Batam), artinya tidak bisa dibawa keluar pulau Batam
Jam 9.30 saya sudah bergerak dari rumah, mengisi bensin hingga penuh, lalu mengikatkan ransel di tempat duduk belakang dengan tali plastik (tali rafia). Saya singgah di Ruko Mega Legenda untuk membeli cemilan dan masker untuk melindungi saya dari debu dan asap selama perjalanan
Jalanan sepi yang saya lewati |
Horror di Perjalanan
Setibanya di punggur saya langsung membeli tiket, Rp 31.000 untuk motor dan 20.000 untuk dewasa. Seingat saya beberapa tahun yang lalu, motor hanya 15,000 sama dengan tiket dewasa. Tempat menaruh kendaraan di kapal sudah nyaris penuh, saya masih bisa menyelipkan motor saya diantara 2 buah truk, seandainya bukan kendaraan kecil seperti motor, saya pasti harus menunggu kapal roro berikutnya
Saya mencatat, kapal mulai berangkat jam 11.30 dan tiba persis jam 12.30. Ada sedikit gerimis ketika kami tiba di Tanjung Uban. Saya segera memacu kendaraan saya mencari jalan menuju Pantai Trikora. Setelah bertanya beberapa kali, akhirnya saya mendapatkan jalan yang tepat. Setelah melewati kota, tidak terlalu banyak persimpangan, jadi tidak terlalu perlu memikirkan arah, hanya memacu motor. Tiba di persimpangan Sungai Kecil saya beristirahat sambil makan disebuah warung yang menjual soto, sambil memanfaatkan kesempatan bertanya pada pemilik warung, kemana arah menuju Pantai Trikora.
Setelah Sungai Kecil, jalanan yang saya lalui sangat sepi, hanya beberapa kali berpapasan dengan orang lain yang naik motor atau motor, tapi sungguh, saat itu saya tidak terbersit membayangkan apa jadinya kalau tiba-tiba ban motor saya kempes, mungkin karena kejadian itu terlalu menakutkan.
Suatu ketika saya melihat hujan datang dari depan kearah saya, saya beruntung disebelah jalan ada pondok kecil semacam/mirip pos security, saya menaruh motor persis disamping pondok itu lalu duduk menunggu hujan berhenti. Kira-kira 20 menit kemudian hujan agak reda, masih ada gerimis kecil, saya pun memacu motor saya lagi. Kira-kira 10 menit kemudian hujan lebat kembali, dan saya berhenti disebuah bengkel yang sedang banyak motor singgah untuk menghindar hujan juga seperti saya. Mereka remaja belasan tahun yang mengingatkan saya pada Yuyun, seorang remaja berusia 14 tahun yang diperkosa 14 orang remaja yang sebagian masih berusia belasan. Mereka memberi petunjuk lagi tentang jalan menuju Trikora, katanya sih tinggal 20 menitan lagi. Asyik, sudah dekat
Setelah hujan reda saya melanjutkan perjalanan lagi, please deh hujan, jangan datang lagi, saya lelah kamu gangguin diperjalanan ini. Dipersimpangan terakhir yang harus dilalui, saya salah jalan lagi dan harus kembali ke jalan semula untuk menuju jalan yang benar
Selanjutnya, dari persimpangan itu, jalanan sangat horror, bukan jelek atau rusak, tapi karena kesunyian yang luar biasa. Ketika ada motor mendekat, saya akan berpindah ke jalur kanan karena cemas. Saya cuma melihat 2 atau 3 motor selama 30 menit di perkebunan sawit itu. Perasaan antara takut, takjub dengan keindahan pemandangan bercampur aduk. Tapi dilain sisi saya juga senang dengan kesunyian itu.
Pantai Trikora
Begitu keluar dari perkebunan sawit, saya segera melihat Pantai Trikora, ada pondok-pondok kecil menghadap laut yang bisa dipertimbangkan untuk tempat menginap. Saya bertanya pada pemilik pondok apakah saya bisa menginap disana, boleh katanya, dengan biaya 40,000 rupiah, menggunakan toilet Rp 2000 dan mandi Rp 3000. Saya bertanya apakah rumah disebelah sana (menunjuk sebuah rumah yang berjarak sekitar 100 meter) adalah sebuah keluarga dan mereka akan menginap disana malam itu? Si Bapak bilang iya. Sip, saya segera memutuskan tempat itu cukup aman untuk menginap sendiri karena ada "tetangga"
Pizzaria di Pantai Trikora, hanya Rp 50.000 |
Pizzaria, Pantai Trikora |
Pesanan agak lama datangnya karena memang pengunjung sedang ramai. Oh ya, pengunjung duduknya ditempat terbuka, dibawah pohon-pohon, pantai terlihat jelas. Saya melihat sebuah rombongan besar sedang berkumpul, mereka memakasi kaos yang seragam dengan tulisan "SMANSA". Mungkin maksudnya SMA Satu, entah Batam, entah Tanjung Pinang
Pizza saya datang dan langsung saya makan dengan lahap, saya memang sangat lapar, rasanya tidak terlalu istimewa, tapi roti nya memang garing karena jenis yang disajikan adalah pizza Italia. Saya membayar Rp. 50.000 untuk pizza itu dan 20.000 untuk es teh manisnya. Itu adalah teh manis termahal yang pernah saya minum seumur hidup saya
Si ganteng yang melayani pesanan sambil bernyanyi |
Saya menghampiri rumah yang ada didekat situ dan menyapa si Ibu, kemudian menyampaikan saya akan kemping disana (sambil.menunjuk tenda), dan saya meminta Ibu itu untuk mau mendengar jika ada suara dari arah tenda, dan datang membantu. Dia bilang iya. Saya terpaksa berbohong dengan mengatakan bahwa akan ada teman yang datang, karena tahu reaksi yang akan muncul dan malas menjawab pertanyaan-pertanyaan yang (saya duga) pasti muncul jika bilang saya sendiri. Kami mengobrol sebentar, lalu saya kembali ke tenda.
Suasana tempat duduk di Pizzaria, Bintan |
Malam Yang Horror
Menjelang tidur, saya sempat chatting lewat WhatsApp dengan teman-teman di Batam, saat itu baterai hp sudah nyaris mati, lalu tidur sekitar jam 9. Sekitar jam 12 malam terbangun karena anjing si Ibu disebelah menggonggong terus menerus. Angin tidak bertiup lagi, saya merasa gerah tapi tidak berani membuka tenda. Tapi ada jendela tenda yang terbuka untuk ventilasi. Anjing terus menggonggong, saya mengambil senter dan memastikan pisau lipat yang saya sengaja sediakan dipojok tenda ada ditempatnya. Anjing mendekat kearah saya sambil terus menggongong. Saya membayangkan seseorang tiba-tiba membuka tenda saya. Horror itu berlangsung terus hingga jam 3 pagi ketika saya tertidur lagi.
Tenda saya di Pantai Trikora, Bintan |
Perjalanan saya di rekam dengan GPS, terlihat 2 kali saya melenceng dari jalan yang benar |
Paginya saya terbangun dan melihat hari sudah terang, lalu pergi sarapan di warung yang berjarak sekitar 300-400 meter dari tenda agar bisa men charge hp. Setelah memesan saya bertanya apakah bisa men charge hp. Si ibu bilang listrik mati sejak semalam. Hiks, ya sudahlah. Saya sarapan dan kembali ke tenda untuk mandi di kamar mandi yang disediakan untuk penyewa pondok. Teman saya Cahaya berniat menyusul tapi bingung akan menggunakan kendaraan apa. Saya membayar biaya sewa pondok tapi si Ibu menolak karena katanya saya tidurnya di tenda. Akhirnya saya menyodorkan Rp 10.000, saya bilang saya sudah memakai kamar mandi mereka. Selesai packing saya memacu kendaraan ke arah Lagoi, tujuan saya adalah Treasure Bay
Di malam ke-2 di Bintan, saya akan menjalani malam yang lebih horror dari pada lolongan anjing semalaman. Silahkan dilihat di tulisan bagian ke 2 ya :)
Tags:
Bintan
25 comments
Kamu kereeeeen! Dan aku kangen perjalanan kayak gini...
ReplyDeleteIya ya... kalo kemping atau jalan sendiri gini yang namanya pisau lipat wajib selalu dikantongin ya kak :D
hehehe...makasih mbak Dian, aku cukup berani nginap disana sendiri karena ada "tetangga"
ReplyDeleteOmaigaaaad,serem banget sih kak!! ga kebayang loh pisau lipat itu, gimana klo anjingnya kelaparan atau ada orang jahat, bakal kecabik2 sama pisau itu..
ReplyDeleteItu kan buat jaga2 aja ka, hope for the best, prepare for the worst kata orang kampungku :p
DeleteKemping berdua di Pulau Akar aja membuatku ciut soalnya penduduk bilang banyak perompak. Akhirnya mereka yang jagain kita tidur haha. Keren Rin, aku malah pengen naik sepeda ke Bintan. Tapi kalau sendiri terus pecah ban gak bisa ganti sendiri.
ReplyDeleteIya Lin, serem kalo ada masalah ama kendaraan, rombongan aja sepedaannya
DeleteMbak keren. Saya dulu sering jalan naik motor kayak gini tapi rame2. Seru ceritanya. Jadi tertantang jalan2 sendirian.
ReplyDeleteNekad bingit kakak...
ReplyDelete:)
DeleteDuh kerennn kali kak rina ini, yang pasti dapet pengalaman hidup yang warbiyasah ini
ReplyDeleteBeli mas, don't rich people difficult :p
DeleteKak rina nekat... *lapor abangnya*
ReplyDelete*kirim gambar golok buat Iqbal
DeleteSeru ya solo travelingnya. Mau coba juga, tapi gak punya tenda :)
ReplyDeleteAntara takjub dan horor! Haha.. Keren ceritanya Mbak Rina..
ReplyDeleteKeren!!!
ReplyDeleteKeren!!!
ReplyDeleteWah! Seru banget itu bisa travelling sendirian ngemotor, keren banget! Gak sabar nunggu part 2nya euy, apa yang lebih horor lagi ya :"
ReplyDeleteI'll tell your mom..
ReplyDeleteHuehehehehe
etapi keren lho. aku juga baru pulang kemping di banjarmasin. cuma belum masukin ke blog.
Mmg motor di batam ada aturan nya ??? Ngak boleh di bawah keluar batam ???
ReplyDeleteMas Cumi: Batam kan area bebas pajak, jadi motornya masuk bebas pajak, tapi kan kalo dibawa keluar batam sudah bukan area bebas pajak lagi, gitu mas. Bisa dibawa keluar kalau bayar pajak
ReplyDeleteaih..jangan2 yg digonggong anjing itu sesuatu yang astral ya hihihi....
ReplyDeletemustinya judulnya "Mak Aku Mau Piknik Ngga Bilang Mamak"
ReplyDeletepiniknya bilang kakak Danan, tapi nggak bilang sendiri ^_^
ReplyDeleteKangen pizzanya
ReplyDeleteTerimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan pesan untuk tulisan ini yaa. Terimakasih