Terharu Biru Menyaksikan Sejarah Kuala Lumpur di MUD Show
mudkl.com |
Mereka ngomongin apa sih? Kok sampai ada nangis-nangisan gitu?
Ceritanya kami baru saja menyaksikan sebuah pertunjukan teater, namanya MUD Show. Show yang ditampilkan adalah semacam cerita yang dibawakan dengan dialog, nyanyian dan tarian.
Bagaimana alur ceritanya? Ini saya ceritakan secara singkat yaa...
Mamat, Meng dan Mutiah datang ke daerah bertemunya dua buah sungai, yaitu Sungai Lumpur (sekarang namanya Sungai Gombak) dan Sungai Kelang. Pertambangan timah telah membawa mereka untuk mencoba peruntungan di Kuala Lumpur, untuk mencari peluang dan kehidupan baru. Mereka berbagi mimpi dan tentang masa depan yang mereka harapkan sejahtera.
Diceritakan kemudian Meng mencoba untuk menjadi penambang di Ampang. Mamat menyambut anaknya yang baru lahir melalui kenduri yang menampilkan sisi kebersamaan masyarakat ketika itu
Singkat cerita, pada tahun 1881 kemudian mereka mengalami kebakaran yang dahsyat yang melenyapkan hampir seluruh kota Kuala Lumpur. Digambarkan mereka saling bahu membahu mengambil air dengan ember, dan mengopernya secara estafet. Musibah tidak berakhir disitu. Hujan turun dengan deras. Banjir besar berlumpur kemudian menyapu apapun yang tertinggal.
Apakah mereka menyerah? Tidak. Kuala Lumpur dibangun kembali dengan nilai kerendahan hati. Frank Swettenham, Perwakilan pemerintah Inggris ketika itu, menetapkan pada tahun 1882 bahwa pembangunan kembali Kuala Lumpur hanya boleh menggunakan atap genting dan batu bata. Sebuah daerah baru dibuka untuk memproduksi batu bata untuk mendukung kebutuhan saat itu - daerah ini sekarang dikenal sebagai Brickfields. Musibah besar inilah kemudian yang menjadi tonggak awal berdirinya Kuala Lumpur yang sekarang. Scene terakhir di warung teh membawa kita pada harapan tentang apa yang akan dibawa masa depan untuk ketiga sahabat ini? Demikian cerita singkat dari pertujukan itu.
Pertunjukan ini menampilkan sandiwara, lagu dan tarian yang ditampilkan dengan apik. Akting mereka sangat menawan. Eskspresi wajah pemain benar-benar seperti manusia yang tidak berakting. Mereka terlihat girang saat memerankan orang yang sedang senang. Dan sedih ketika memerankan tokoh yang sedang berduka. Ada 2 orang pemain yang sampai meneteskan air mata dengan deras ketika berperan sedih, saat mereka menghadapi musibah. Saya jadi hampir menangis juga
Peran pembantu yang berfungsi sebagai cameo juga tidak kalah serius. Tarian dan gerakan diperagakan dengan sepenuh hati. Ada yang melakukan tarian serupa akrobat, dengan kayang, dan salto. Saltonya dilakukan perempuan lho.
Hujan mengguyur Kuala Lumpur. foto: uninreupyo.moxo.sk |
Kesedihan akibat kebakaran foto http://fuguetastic.com |
mudkl.com |
Penonton (paling kiri) diajak menjadi salah satu pemain yang mengaduk dodol |
Blogger Asean berpose dengan pemain MUD KL |
Ketika musibah banjir lumpur ditampilkan, lumpur dihadirkan dalam bentuk kain. Kain ini menggulung dengan dahsyat seluruh pemain, hingga menutupi kami yang menonton. Kita seakan merasakan sesak dan gelapnya digulung oleh ombak lumpur ketika itu. Boleh juga usaha mereka untuk membuat imajinasi kita terbawa ke suasana ketika itu
Di sela-sela akting,para pemain melakukan dialog dengan penonton. Menanyakan asal penonton. Bahkan 2 orang pentonton diajak untuk memerankan cameo. Diakhir pertunjukan, semua penonton diajak naik ke panggung untuk ikut menari dan menyanyikan lagu terakhir. Mereka juga mengajak penonton untuk berfoto bersama
Pertunjukan yang telah memenangkan sebuah penghargaan ini berlangsung selama 1 jam, menampilkan 3 etnis utama yang menonjol di Malaysia; India, Cina dan Melayu. Etnis inilah yang ikut membangun Kuala Lumpur
Cerita mengenai pencapaian, harapan, komitmen, persahabatan, kekuatan dan perjuangan hidup orang-orang di sebuah kota ini sangat layak untuk di tonton. Pasti akan mampu membuat anda terharu, jika tidak meneteskan air mata
Maap yak teman-teman, foto dari hp saya kebanyakan tidak cukup bagus, rupanya kamera hp kurang bisa mengambil gambar pentas beginian. Foto dari hp saya cuma yang kedua dari bawah, silau deh gara-gara lampu panggung tertangkap. Jadinya saya ambil foto dari website lain ^_^
Masih belum yakin mau nonton show ini atau tidak? coba baca ulasan mereka yang pernah menonton show ini disini
"Our greatest glory is not in never falling, but in rising every time we fall". Confucius
Our greatest glory is not in never falling, but in rising every time we fall.
Confucius
Read more at: http://www.brainyquote.com/quotes/topics/topic_history.html
Read more at: http://www.brainyquote.com/quotes/topics/topic_history.html
Our greatest glory is not in never falling, but in rising every time we fall.
Confucius
Read more at: http://www.brainyquote.com/quotes/topics/topic_history.html
Read more at: http://www.brainyquote.com/quotes/topics/topic_history.html
Our greatest glory is not in never falling, but in rising every time we fall.
Confucius
Read more at: http://www.brainyquote.com/quotes/topics/topic_history.html
Read more at: http://www.brainyquote.com/quotes/topics/topic_history.html
Our greatest glory is not in never falling, but in rising every time we fall.
Confucius
Read more at: http://www.brainyquote.com/quotes/topics/topic_history.html
Read more at: http://www.brainyquote.com/quotes/topics/topic_history.html
Tiket: RM 84.80 untuk warga asing atau sekitar 275 ribu rupiah
Show 2 kali sehari, yaitu jam 15.00 dan 20.30
Tempat:
Panggung Bandaraya (dekat Dataran Merdeka)
Jalan Raja, 50350
Kuala Lumpur, Malaysia.
Perjalanan sebelumnya di Citrawarna 2016 bisa disimak disini
#Kunjungan ini adalah bagian dari Familirization Trip yang diselenggarakan oleh Kementrian Pelancongan & Kebudayaan Malaysia & Gaya Travel Magazine
19 comments
Teater tentang sejarah, masih di hidupkan. Keren yah.
ReplyDeleteteater ini seperti sejarah hidup manusia yang di ulang ulang
ReplyDeleteBoleh dibilang mereka kreatif untuk menghidupkn sejarah sebagai bagian dRi promosi wisata ya
ReplyDeleteBatam Event: iya mas, jadi nambah deh pengetahuan soal sejarah KL
ReplyDeleteArreza: hehe...seru tapinya kan mas?
ReplyDeleteChay: iya, kreatif kan, itulah yang kurang dari bangsa mu Chay, eh bangsa kita ya ^_^
ReplyDeleteWah keren informasinya..... mereka kreatif bangets menampilkan sejarah yang banyak orang menganggap suatu hal yang membosankan menjadi teaterikal yang menyenangkan.
ReplyDeleteSri Murni: iya mbak, biasanya sejarah kan membosankan ya..kalo yg ini seru, lucu, dan bikin terharu :)
ReplyDeletebaca jalan ceritanya aku pasti menangis juga nontonnya.... sediih
ReplyDeleteMalaysia pintar mengemas acara yang bisa mendatangkan turis!
ReplyDeleteMungkin disini semacam ketoprak atau lenong ya...?
ReplyDeleteAku dua kali nonton, dan gak habis-habis terpesonanya. Musik, koreo, dan akting pemainnya, wow! :)
ReplyDeleteMbak Sarah: saya recommend banget nonton ini, pasti nggak nyesal. Saya mau ngajak emak nonton ini :)
ReplyDeletePenasaran banget pengen nonton...
ReplyDeletePenasaran banget pengen nonton...
ReplyDeleteduh sedih juga ya baca ceritanya...duh jadi penasaran pengen nonton langsung
ReplyDeleteDian & Asad: kalo ke KL nonton deh, pasti ga nyesel
ReplyDeleteMinyak Kemiri: kan ada tuh dijelaskan, mengikuti familirization trip :
ReplyDelete#Kunjungan ini adalah bagian dari Familirization Trip yang diselenggarakan oleh Kementrian Pelancongan & Kebudayaan Malaysia & Gaya Travel Magazine
Adriana: lihat disini videonya ya
ReplyDeletehttps://www.youtube.com/watch?v=IHrTq1GSIdk
Terimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan pesan untuk tulisan ini yaa. Terimakasih