Catatan Perjalanan Bersepeda Dari Dumai Ke Samosir (Bagian I)
Foto diambil mas Agus SCC waktu saya belum mengenal beliau, nampak saya tersenyum karena dia menyapa dengan ramah dan tidak terlihat seperti orang iseng |
Saya memulai perjalaanan dari Batam, dengan menumpang kapal Dumai Express tujuan Dumai. Kapal berangkat pukul 7 pagi, tiba di Dumai pukul 15.30.
Karena saat itu adalah musim liburan Natal dan tahun baru, sntrian mengambil bagasi sangat panjang. Saya baru bisa keluar pelabuhan pukul 16.30
Karena saat itu adalah musim liburan Natal dan tahun baru, sntrian mengambil bagasi sangat panjang. Saya baru bisa keluar pelabuhan pukul 16.30
Hari ini saya bersepeda sekitar 16 km ke pinggiran kota Dumai. Mencari jalan menuju jalan lintas Sumatera tidaklah mudah. Beberapa kali saya berhenti kebingungan melihat Google Map. Rupanya bantuan manusia masih diperlukan meski teknologi demikian canggihnya
Seorang pria bahkan menemani saya hingga saya menemukan jalan yang dia jelaskan, karena apa yang dijelaskan memang cukup sulit untuk diikuti
Saya menginap dengan mendirikan tenda disebelah rumah penduduk, yang tentunya meminta izin terlebih dahulu. Mereka tidak hanya mengizinkan, tapi juga menawarkan saya menginap dirumahnya. Tapi saya menolak dan tetap memilih tenda
Seorang pria bahkan menemani saya hingga saya menemukan jalan yang dia jelaskan, karena apa yang dijelaskan memang cukup sulit untuk diikuti
Saya menginap dengan mendirikan tenda disebelah rumah penduduk, yang tentunya meminta izin terlebih dahulu. Mereka tidak hanya mengizinkan, tapi juga menawarkan saya menginap dirumahnya. Tapi saya menolak dan tetap memilih tenda
Day 2, 23 Desember 2017
Paginya saya baru menyadari minyak goreng yang saya bawa tumpah dan meminyaki semua barang di pannier untuk makanan dan peralatan memasak. Saya harus membersihkan pannier dan segala isinya dari minyak. Ini memang keteledoran saya, mustinya semua dibungkus plastik, kalau perlu double. Kerepotan ini membuat saya baru mulai gowes pukul 9.30. Saya sempat menumpang mandi kepada tuan rumah.
Sepanjang jalan yang saya lalui yang ada hanya pohon sawit dan sawit. Cuaca sangat panas, membuat saya lemas. Saya berhenti beberapa kali untuk beristirahat, diantaranya minum air kelapa muda. Harganya cuma 8.000, lumayan murah dibanding Batam yang biasanya 12 ribuan.
Sekitar jam 5 saya melihat mesjid Nur Affandi di Rokan Ilir, bagus banget, saya berhenti untuk mengambil foto. Kebetulan disebelahnya ada acara nikahan dengan tamu seabrek, papan bunga sejibun, dan suara penyanyi dangdut yang sangat keras. Saya melihat 2 orang polisi ikut mengarahkan lalu lintas didepan lokasi pernikahan. Mungkin yang menikah orang penting atau anaknya orang penting.
Kira-kira 2 km dari mesjid itu, saya melihat sebuah hotel dengan nama Hotel Deli. Saya melihat jam, sudah jam 5. Terlalu cepat untuk berhenti, Saya masih bisa melanjutkan perjalanan 1 jam lagi, tapi saya memutuskan untuk menginap disana. Karena saya tidak tahu seperti apa didepan nantinya. Gowes hari itu mencapai 50 km
Saya bertanya harga kamar kepada resepsionis. Mereka mempunyai harga termurah yaitu Rp 80.000. Segera saya mengambilnya. Hotel sih lumayan megah, tapi saya dibawa ke bangunan jauh dibelakangnya haha... Kamar yang diberikan ke saya lumayan bersih, dan ada 2 tempat tidur.
Settingan sepeda saya saat berangkat, ini di Pelabuhan Sekupang, Batam |
Berbagai perlengkapan |
Tenda saya dihari pertama |
Pannier (tas) makanan terkena tumpahan minyak goreng |
Pasta dan beras ini terpaksa dibuang |
Kamar saya di Hotel/Wisma Deli, Rp 80.000/malam |
Perkebunan sawit sejauh mata memandang, sepi tanpa pemukiman |
Saya habiskan sore itu untuk mencuci baju jersey yang saya pakai, dan pakaian yg saya pakai ditenda kemarin malam, lalu saya taruh didepan kipas. Kemudian saya memasak makan malam, spaghetti ala Rina. Saya langsung siapkan barang-barang untuk berangkat besoknya. Hari sebelumnya saya berangkat 9.30. saya ingin berangkat sebelum jam 8 besok
Lihat video perjalanan saya dibawah ini
Lihat video perjalanan saya dibawah ini
Day 3, 24 Desember 2017
Saya sarapan dihotel. Kamar termurah tidak mendapatkam sarapan, jadi saya harus membayar 12.000 untuk nasi goreng yang saya makan. Nasi gorengnya lumayan enak. Ada keluarga makan didekat saya dan kami mengobrol. Mereka bertanya-tanya tentang perjalanan saya. Saya berangkat jam 7.45, mendahului keluarga itu. Dijalan mereka melewati saya sambil berteriak dari dalam mobil, mengatakan "hati-hati dijalan". Saya jadi terharu
Vegetasi disepanjang jalan mulai berubah, kalau tadinya hanya melihat kebun sawit di Dumai, di kabupaten Rokan Hilir mulai terlihat pohon lain. Rawa-rawa yang ada disepanjang jalan Dumai, sudah tak terlihat. Tapi pipa minyak di sepanjang jalan masih tetap ada
Orang-orang dipinggir jalan banyak sekali yang berteriak kepada saya, mulai dari sapaan, teriakan hingga bunyi klakson. Hal ini terjadi setiap 5 meter. Saya cukup terganggu. Seorang pria yang berteriak-teriak memanggil dengan keras saya jawab masih dalam posisi diatas sepeda. Ada apa? kata saya, dia menunduk sedikit pun tidak berani melihat ke saya. Dia mungkin tidak menyangka saya berani menjawab dia. Saya bilang "kurang kerjaan banget gangguin orang lewat" si ibu pemilik warung terkekeh-kekeh.
Menjelang Bagan Batu, seorang pria memotret saya dengan hp dari pinggir jalan sambil menyapa. Saya cuma tersenyum saja. Tapi dia mengikuti saya dengan mobil dan mengajak ngobrol. Saya berhenti dan mengobrol dengan mas itu yang ternyata bernama Agus. Dia adalah anggota SCC (Sport Cycling Club) Rantau Parapat. Kami mengobrol seputar perjalanan saya dan dunia sepeda. Beliau mengundang saya untuk main ke Rantau Parapat. Tapi jalur perjalanan saya tidak melewati kota itu
Kami berpisah dan bertukar nomor kontak. Saya meminta mas Agus mengirimkan foto-foto yang diambilnya kepada saya. Foto mas Agus inilah foto pertama saya di trip ini
Saat itu sudah jam 4 sore, atas rekomendasi mas Agus, saya mengejar untuk tiba di hotel Fauzia Bagan Batu malam itu. Jaraknya masih 30 km dari tempat saya bertemu mas Agus
Saya berhasil tiba di Hotel Fauzia Bagan Batu pukul 18.30, hari sudah mulai gelap dan hujan turun dengan deras saat saya melakukan check in. Karena mengejar menginap di hotel ini, saya gowes hingga 81 km
Tidak lupa saya mengabari teman-teman di Batam soal keberadaan saya, supaya mereka tidak khawatir. Teman-teman mulai mengira saya akan segera sampai dan mulai menitip agar saya membawa oleh-oleh khas Medan ketika kembali. Yaelah guys, ini baru hari ke 3 ^_^. Kalau sudah mau pulang di beliin deh. Mau oleh-oleh apa lihat aja dulu di Blog Traveloka yaa
Day 4, 25 Desember 2017
Saya meninggalkan Hotel jam 8.15. Tidak lama kemudian saya sudah meninggalkani kota. Jalan sangat sepi, tidak ada pemukiman. Tumbuhan di kiri dan kanan jalan masih didominasi pohon sawit. Saya melewati sekitar 15 km perkebunan sawit tanpa penduduk, tidak terlihat orang sama sekali. Namun mobil-mobil yang melintas cukup banyak.
Saat itu saya agak teledor karena tidak membawa persediaan air. Sebelumnya dipinggir jalan banyak swalayan semacam Indomaret atau Alfamart, juga warung-warung kecil. Jadi saya tidak terlalu memikirkan stok air. Saya hanya punya setengah botol air mineral isi 600ml.
Tidak disangkat saya bertemu tempat mirip pos security, ada 3 orang pria disana dan mereka menjual air mineral isi 1500. Saya membeli dengan hati girang
Saat itu saya agak teledor karena tidak membawa persediaan air. Sebelumnya dipinggir jalan banyak swalayan semacam Indomaret atau Alfamart, juga warung-warung kecil. Jadi saya tidak terlalu memikirkan stok air. Saya hanya punya setengah botol air mineral isi 600ml.
Tidak disangkat saya bertemu tempat mirip pos security, ada 3 orang pria disana dan mereka menjual air mineral isi 1500. Saya membeli dengan hati girang
Menjelang jam 12 saya berhenti disebuah warung tenda yang menjual air kelapa muda. Mereka juga menjual soto dan bakso, tapi saya belum selera makan. Saya hanya minum air kelapa mudan lalu melanjutkan perjalanan
Entah mengapa, rantai sepeda saya tiba-tiba berpindah-pindah dengan sendirinya. Hal ini membuat kayuhan jadi sangat tidak nyaman. Saya tidak mengerti memperbaikinya. Kemudian saya juga menyadari pompa sepeda saya sudah tidak ada di frame (bingkai) sepeda.
Saat itu saya sedang dimasukkan di Group Sepeda Rantau Parapat. Saya bertanya ke grou[ mengapa hal ini terjadi. Mereka memberitahukan bagaimana cara memperbaikinya, bahkan mas Rahmat, salah satu member group mengajari saya melalui video call. Saya berhasil memperbaiki, pindah-pindah rantai masih terjadi, tapi berkurang
Saat itu saya sedang dimasukkan di Group Sepeda Rantau Parapat. Saya bertanya ke grou[ mengapa hal ini terjadi. Mereka memberitahukan bagaimana cara memperbaikinya, bahkan mas Rahmat, salah satu member group mengajari saya melalui video call. Saya berhasil memperbaiki, pindah-pindah rantai masih terjadi, tapi berkurang
Malam itu saya menginap di Kota Pinang. Saya melihat sebuah hotel bernama Hotel Royal Permata, Rp 200.000/malam. Lumayan mahal dibandingkan kamar hotel saya sebelumnya, apalagi dibanding tidur di tenda hehe... Saya tiba dalam keadaan basah karena hujan. Kaki saya kotor karena percikan dari ban sepeda. Saya rasa resepsionis punya banyak pertanyaan dalam benak yang ingin ditanya ke saya tapi tidak berani haha...
Teman-teman dari SCC datang ke hotel saya. Jauh-jauh mereka datang dari Rantau Parapat yang jaraknya sekitar 40 km. Kami megobrol di lobby hotel sambil ngopi. Sepeda saya diperbaiki. Kemudian kami keluar makan durian. Duuuh baik banget teman-teman SCC, orang Batam langsung kalap lihat durian, karena di Batam Durian itu mahal bak emas.
Teman-teman dari SCC datang ke hotel saya. Jauh-jauh mereka datang dari Rantau Parapat yang jaraknya sekitar 40 km. Kami megobrol di lobby hotel sambil ngopi. Sepeda saya diperbaiki. Kemudian kami keluar makan durian. Duuuh baik banget teman-teman SCC, orang Batam langsung kalap lihat durian, karena di Batam Durian itu mahal bak emas.
Selesai makan durian, teman-teman dari SCC mengantar saya kembali ke hotel. Sudah cukup larut, seingat saya lebih dari pukul 23. Saya rasa karyawan hotel bingung melihat saya yang datang hujan-hujan dengan sepeda, dikunjungi 5 pria dan mengobrol rame-rame di lobby, apalagi malam itu pakai acara foto-foto dengan sepeda di depan hotel :D ><
Day 5, 26 Desember 2017
Besoknya saya sarapan di hotel. Karena sarapan tidak disajikan prasmanan, saya bertanya kepada pelayan apakah saya bisa memesan 2 makanan. Dia menjawab boleh. Saya memesan nasi goreng dan bihun goreng, nasi gorengnya saya masukkan dalam box makanan saya untuk makan siang nantinya
Yang pertama saya lakukan begitu keluar dari hotel adalah mencari toko sepeda untuk membeli pompa, tetapi setelah berkeliling usaha saya sia-sia. Ada sebuah toko sepeda mengatakan mereka biasanya punya pompa kecil tapi untuk saat itu stock habis. Saya pasrah meninggalkan kota tanpa pompa. Saya hanya berharap dikota berikutnya saya mendapatkan toko yang menjual pompa
Cerita perjalanan selanjutnya bisa dilihat -->> disini
22 comments
Salut kak Rina. Pantesan kulit kk sampai mengelupas krn jarak tempuh gowesnya aduhai sekali. Semoga cocok dioles minyak zaitun dan segera pulih kembali ya Kak
ReplyDeleteTerimakasih mbak Annisa, rusak kulit memang resiko kalo kegiatan begini, mau gimana lagi hehe...tadi sudah saya kasi minyak zaitun kok
ReplyDeleteWoww kerennn mbak Rin, ditunggu cerita gowesnya disamosir,
ReplyDeleteinilah kalo jalan sendiri ya kak..pengeluaran lebih banyak dibanding jalan sama satu kawan.. trus kalo ada apa apa dijalan juga mesti pandai2 memperbaiki kendaraan sendiri
ReplyDeleteTerharu juga bacanya. Membuat inspirasi banyak gowes lainnya. Salam Agus SCC. Rantau prapat - Siantar plan SCC mbak Rina. hehe
ReplyDeleteTerimakaih mas Agus, perjalanan jadi seru banget karena ketemu mas Agus dan teman-teman dari SCC
Deletemasih ditunggu lanjutan ceritanya kk dan bw ke blog gue
ReplyDeleteCerita perjalanan kayak gini banyak terharunya ya kak, pas ditolong sama orang. Entah itu cuma segelas teh manis atau ucapan "hati-hati dijalan", hal kecil tapi bikin hati tersentuh.
ReplyDeleteSuka jalanan di kebun sawit tu kak..Kak Rina minta satu sawit nya gak?. hahaha
ReplyDeletewah seru banget perjalanan nya, dan diberikan juga tips dan trik
ReplyDeletebagaimana bisa mengarungi perjalanan hanya dengan sepeda
salut
Berani bener trip sendirian. Yakin dan pd walau banyak halangan. Kelapa sawit itu sepi dan panas
ReplyDeleteAh asik sekaliii.. Aku juga mau banget jalan-jalan pakai sepeda tapi kapan ya terealisasi. Heu
ReplyDeleteKak Rina ini keren bgt sih... Saya ga kebayang bisa trip sendirian begini.. haha
ReplyDeleteWihhh... Luar biasa perjalanannya. Seru ya. Kira2 dimana itu pompa jatuhnya ya? Senang selama perjalanan banyak teman ya. Support selalu. Mbak Rina keren abis!
ReplyDeleteWow, Mba Rina, keren banget! Mandiri dan berani sepedaan hingga sejauh itu. Kuatan euy! Btw, itu sendirian saja?
ReplyDeleteKeren banget mba Rina, luar biasa seru perjalannya. Aku sampe baca lanjutannya loh. Hebat :D
ReplyDeleteWhuaaa, serunya perjalanan bersepedanya, mbayangin ntu minyak tumpah, susaah bersihinnya kaan.
ReplyDeleteBtw, aku capek ngikutin jalan ceritanya, ngos2an sendiri hahhaaa, kereen..keren nih mba rina..
Huaaah keren banget sepedaan gitu. Btw gak pegel" gitu kak setelah gowes? Hehe
ReplyDeleteWaah, pengalaman yg luar biasa banget kaak. Temen kerjaku jgbadanyg hobi bersepeda gitu dan jarak jauh jg. Suka salut aja saya yg ngeliatnya
ReplyDeleteWaaaahhhhh keren banget, Kak!!! Salut ih. Aku mah yang ada baru gowes bentar udah bilang pegel-pegel. Ga pernah dilatih sih.
ReplyDeleteSeru banget touring bareng2 teman. Perjalanan penuh makna, ketemu banyak org dan kejadian yang terekam video maupun foto :D
ReplyDeleteCapeknya jd gak kerasa ya mbak :D
Keren banget. Selalu salut dengan teman-teman yang bisa solo travelling. Hebat ^^
ReplyDeleteTerimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan pesan untuk tulisan ini yaa. Terimakasih