Touring Sepeda Batam - Johor - Pulau Tioman, Malaysia (Bag II)
Tenda di Ladang Penjual Lemang, menjelang Kota Tinggi |
Senin, 11 Juni 2018: Horror Di Pagi Buta
Saya terbangun di malam buta karena ada yang memanggil saya. "Rina...Rina" katanya. Saya mengenali suara itu, dia adalah suara si abang penjual lemang. Saya malas sekali menjawab. Dia bilang: nggak sahur? Saya menjawab kalau saya tidak puasa.
Padahal semalam mengobrol saya bilang saya tidak puasa karena saya bukan muslim
Dia pergi. Saya dongkol tapi berhasil melanjutkan tidur
Jam 6 dia memanggil lagi. "Rina...Rina...sudah jam 6, nanti terlambat". Saya sangat kesal pura-pura tidak mendengar. Dia terus memanggil. Akhirnya saya bilang saya mau pergi siang sedikit. Dia malah meminta melihat tenda saya. Situasi saat itu jadi agak menakutkan. Saya meyakinkan diri saya kalau saya punya alat setrum dan pisau di samping.
Saya menjawab: saya masih mau tidur
Dia diam. Kemudian terdengar langkah kakinya berputar-putar sebentar. Lalu dia pergi. Saya tidur lagi dengan dongkol. Selain jengkel saya juga mulai curiga dengan orang itu.
Dengan mata yang masih mengantuk saya masih sempat berfikir lagi. Saya tidak terlalu takut. Lebih banyak jengkelnya
Istirahat dalam situasi seperti itu sangat penting buat saya. Diganggu hingga 3 kali itu benar-benar menyebalkan
Video Perjalanan saya bagian ke 2 bisa dilihat disini
Jam 7 saya bangun. Dia datang lagi. Buset dah. Ketika dia mendekat. Saya langsung melangkah menjauh, walau saya masih meladeni ngobrol. Ini adalah pelajaran yang saya ambil dari menonton banyak dokumenter kriminal. Saat tidak nyaman dengan seseorang, menjauhlah. Karena sering korban yang mengalami sesuatu biasanya sudah merasakan keanehan dan ketidaknyamanan ketika berhadapan dengan orang yang akhirnya mencelakai mereka.
Dia bilang teman-temannya sudah pulang sejak semalam. Oh ok, jadi dia sendiri.
Sekitar jam 9 dia pamit pulang. Saya yang berencana berangkat siang berfikir akan bertemu dengan mereka lagi. Tapi sampai saya meninggalkan tempat itu pukul 11, saya tidak melihat siapa-siapa
Mengikuti saran mereka, saya akan baik bis dari Kota Tinggi. Jadi tujuan saya ke Kota Tinggi adalah mencari bis.
Aksi Tipu-Tipu Supir Taksi
Tiba di terminal sekitar jam 12, supir-supir taksi bilang bahwa bis ke Mersing tidak ada. Tentunya sambil menawarkan taksi mereka dengan biaya super gila: Rp 140 Ringgit atau sekita Rp 500.000. Jarak 90 km dengan biaya segitu benar-benar tidak masuk akal. Saat itu saya bertekad, jika bis tidak ada, saya akan naik sepeda
Saya bertanya soal bis ke Mersing kepada seorang wanita yang duduk disana dengan keluarganya. Rupanya dia juga sedang menunggu bis ke Mersing, katanya sejak pagi belum ada. Akhirnya dia memutuskan pulang
Saya duduk bengong ketika tidak sengaja melihat sebuah tulisan di dekat tangga: Bus Ticket lalu tanda panah atas. Ohh... Jadi penjualan tiket ada di lantai atas. Saya menitipkan sepeda ke seorang wanita, kemudian naik keatas. Ada loket-loket disana. Ada bis ke Pahang yang akan melewati Mersing. Tiket hanya19.30 Ringgit. Sungguh saya jengkel dengan supir-supir taksi yang sudah menipu saya dengan memberikan informasi yang salah
Saya turun kebawah sambil sengaja memegang tiket ditangan dan memasang wajah kemenangan di depan mereka
Karena jadwal bis jam 5.30, saya harus mencari tempat makan yang nyaman dan bisa duduk lama, tentunya wifi juga diharapkan. Saya singgah dulu membeli SIM Card seharga 20 Ringgit. Kemudian saya ngadem di restoran hingga tiba waktu naik bis.
Bis telat hingga 1 jam. membuat Malaysia jadi negara yang kurang sempurna di mata saya soal ini. Tadinya jalan-jalan mereka yang mulus dan tertata rapi membuat saya sedih mengingat negara sendiri. Kita begitu dekat tapi begitu berbeda. Apalagi tata krama berlalu lintas mereka yang sopan banget. Saya yang sering salah jalan karena tidak tahu, sering juga harus melawan arah. Sering menyeberang dan berhenti di tempat yang tidak seharusnya, tidak satu kali pun saya mendapat bunyi klakson atau umpatan. Semua diam saja. Telinga sangat jarang mendengar suara klakson selama disana. Tapi mereka masih ngaret. Berkurang rasa cemburu saya
Kami naik ke bis dan sepeda saya dikenaik biaya 10 Ringgit. Awalnya supirnya bilang 15, saya menawar. Mungkin karena kasihan dengan cewek gembel seperti saya, dia menurunkan harga. Tiket sepeda tidak ada, jadi bisa dipastikan biaya ini buat saku pak supir dan kenek
Mersing
Kami tiba di Mersing sekitar jam 8 malam. Sangat tidak suka tiba malam seperti ini, karena segala seuatu jadi lebih sulit, seperti mencari penginapan, arah tujuan, mencari makan dll.
Saya melihat persis disamping terminal ada tulisan "HOTEL" Saya segera kesana. Rupanya mereka kehabisan kamar. Dia menyuruh saya menunggu, karena ada 1 kamar kosong di sebuah apartemen yang sudah disewakan. Dia ingin bertanya pada penyewa apakah saya bisa disana malam itu.
Dia kembali dan saya bisa menginap disana dengan biaya 40 Ringgit. Baiklah. Malam itu saya belanja banyak makanan untuk persiapan di Pulau Tioman. Karena lebaran, pasti warung akan tutup, jadi saya harus punya bekal
Makanan yang saya bawa ke Pulau Tioman, kalian masih nanya kenapa saya sepdaan jauh-jauh tapi nggak kurus-kurus? :-( |
Pantai di sebelah Pelabuhan Pulau Tioman |
Paginya saya menuju pelabuhan penyeberangan, Tiba disana jam 10, saya sudah tidak bisa ikut kapal jam 10.30 karena sudah penuh. Saya harus menunggu yang jam 5.30 (mereka menyebutnya pukul 5 setengah. Dongkolnya bukan main. Setelah kemarin saya harus menunggu bos lama, hari ini saya harus menunggu kapal lebih dari 6 jam. ya Tuhan. Puk-puk diri sendiri
Kapal datang menjelang hari gelap. Tapi tidak segera berangkat karena air surut menyebabkan kapal susah berlayar
Kami tiba di Pulau Tioman pukul 9. Dari informasi penumpang lain, saya sudah tahu bahwa ada camping ground disamping pelabuhan. Saya mengayuh 5 menit saja dan menemukan pinggiran pantai. Segera saya mendirikan tenda. Tidak ada fasilitas toilet. Malam itu cuaca panas sekali. Saya yang sudah mengantuk terpaksa keluar tenda untuk ngadem. Padahal banyak sekali nyamuk.
13 Juni 2018: 5.5 Jam Menuntun Sepeda
Besoknya saya cabut sebelum jam 7, supaya saya bisa masak sarapan di tujuan. Jarak yang akan di tempuh cuma 9.80 km. Saya tidak sadar seberat apa yang perjalanan yang akan saya tempuh hari itu
Saya hanya menempuh 5 menit jalan datar. Setelah 5 menit saya melihat tanjakan tidak ada habis-habisnya. Tentunya saya masih berharap didepan tanjakan sudah habis. Tapi ketika saya bertanya pada motor yang melintas apakah tanjakan masih banyak. 30 Menit lagi kata mereka sambil berlalu. 30 menit naik motor pastinya, kata saya dalam hati.
Cuma 9,80 km tapi seperti inilah tanjakannya menuju Kampung Juara |
Jalanan menanjak dari Tekek menuju Kampung Juara |
Sepeda buru-buru saya taruh begitu saja karena ingin mengambil foto biawak, fotonya sih nggak ada, tapi videonya ada |
Jalan yang saya lalui adalah hutan lindung yang lebat. Saya melihat biawak, monyet, tupai, burung dan banyak sekali kupu-kupu. Mobil ada yang melintas, tapi jarang. Jadi suasana sangat senyap, yang sangat saya suka
Sekitar 5 jam semenjak memulai pagi yang "indah" itu, seorang pria menghentikan mobilnya untuk menyapa saya. Dia mengatakan sedikit lagi jalanan akan menurun. Dia menyemangati saya. Saya sangat senang mendengarnya. Hujan turun dengan deras. Karena badan saya yang banjir berkeringat saya sangat enggan memakai jas hujan. Saya membiarkan hujan membasahi saya.
Setibanya di tujuan saya bertanya pada seorang pria, dimana campung ground (saya dengar ada). Dia bilang dimana-mana silahkan mendirikan tenda, bebas saja. Saya bilang saya butuh camping ground karena biasanya ada toilet. Dia malah menawarkan tempatnya, sebuah rumah makan yang punya toilet terpisah. Jadi walau rumah makannya tutup menjelang lebaran, toiletnya tetap bisa saya gunakan
Hari itu saya "sarapan" sekitar jam 3 sore. Tidak ada yang saya lakukan selain masak dan leyeh-leyeh di depan tenda. Pemandangan pantai di depan saya sudah cukup membuat saya betah.
Si abang pemilik tempat kemudian datang ke tenda saya. Dia duduk di gazebo yang ada disana. Kami ngobrol lama sekali. Dari obrolan kami saya tahu kalau Kampung Juara sejarahnya karena mereka dulu selalu memenangkan berbagai pertandingan
Sore itu, saking bahagianya, saya segera lupa tetang mendorong sepeda selama 5.5 jam, yang membuat saya keringat kelereng (jagung terlalu kecil) .
Kamis, 14 Juni 2018: Sewa Motor Seharga Sewa Mobil
Saya bangun pagi, memasak, sarapan, lalu berjalan mencari penyewaan motor. Maksudnya sih supaya seharian bisa cepat mengelilingi pulau. Mengingat besoknya saya harus sudah kembali ke Tekek. Sebenarnya kapal saya jam 10.30, jadi saya harus ada disana 09.30. Tanjakan yang akan saya lalui tidak akan mungkin saya lalui dalam 1-2 jalm. Jadi saya akan meninggalkan Kampung Juara pagi hari. Saya harus sudah disana 15 Juni malam.
Saya bertanya harga penyewaan motor. Dan tahu nggak harganya berapa? 70 Ringgit atau sekitar Rp 245.000. Bukannya pelit-pelit amat ya. Sewa sepeda motor biasanya juga Rp 100.000an. Dikasi harga segitu saya langsung males. Saya akhirnya jalan-jalan saja keliling kampung. Melihat pantai dan rumah-rumah penduduk. Banyak guest house yang cantik-cantik tersedia untuk turis. Kembali saya melihat biawak, monyet dan tupai berkeliaran. Benar-benar kampung yang masih alami
Snorkeling
Sorenya saya menyewa pelampung seharga 10 Ringgit. Saya membawa alat snorkeling dari Batam, jadi tidak perlu menyewa lagi. Pelampung sebenarnya untuk berjaga-jaga saja, karena saya bisa berenang. Tapi untuk berenang jauh ke tengah laut, saya kurang percaya dengan kekuatan saya berenang lama. Dengan pelampung saya tidak perlu takut dihempas ombak atau kecapekan. Apalagi saya sendirian
Pemandangan bawah lautnya luar biasa. Tidak jauh ketengahpun ternyata sudah begitu indah. Karang-karang berwarna warni, ada kuning, hijau, ungu dan tentu saja putih dan abu-abu. Laut dengan karang terindah yang pernah saya lihat adalah Gili Trawangan. Dan saya melihat karang yang sama indahnya di Tioman. Saya snorkeling hingga menjelang gelap. Kemudian kembali ke tenda, memasak dan istirahat
Jumat, 15 Juni 2018: Disiksa Tanjakan Lagi
Seperti yang saya rencanakan, saya sudah meninggalkan lokasi camping saya yang aduhai itu jam 11 pagi. Saya membersihkan semua tempat hingga tak meninggalkan jejak apapun.
Karena 30 menit menjelang tiba di kampung ini saya mengerem hingga disc rem saya berasap, tentunya perjalanan saya diawali dengan jalanan menanjak. Tapi tidak selama ketika menuju Kampung Juara. Saya mendorong sepeda sekitar 3 jam saja. Kemudian jalanan menurun. Tangan saya sampai gemetar karena menekan rem sekuat tenaga.
Saya tiba di Tekek sekitar jam 5. Ada sebuah mobil berhenti menyapa saya dipinggir jalan. Saat itu saya berhenti mengambil gambar lautan. Dia bilang: Are you alright? Saya bilang iya. Ada perbincangan sedikit soal perjalanan saya dan kemudian dia memberikan nomor. Katanya kalau perlu apa-apa silahkan hubungi dia. Kemudian dia ngajak minum bir. Aih. Saya bilang saya cukup capek, dan dalam hati saya mikir. Ini lebaran, kenapa dia nggak ajak makan ketupat ketan khas mereka saja dirumahnya, pasti saya mau. Karena saya sangat ingin mencoba, tapi tak tahu hendak kemana hikss
Saya ke camping ground tempat saya menginap sebelumnya. Setelah mendirikan tenda saya ke pelabuhn untuk mandi. Setelah mandi saya makan disebuah rumah makan. Sepertinya satu-satunya yang buka saat itu. Sebenarnya saya khawatir meninggalkan tenda. Tapi saya membawa barang berharga seperti: uang, kamera dan sepeda. Semoga tidak ada yang mencuri tenda saya
Malam itu saya tidur sangat nyenyak. Angin cukup kencang jadi saya tidak perlu keluar tenda dan jadi makanan nyamuk-nyamuk ganas itu
Sabtu, 16 Juni 2018: Pulang
Besoknya saya mengemas semua barang buru-buru, karena tidak sebentar mengumpulkan rumah, dapur dan pakaian saya kedalam tas. Saya check in tepat jam 9.30. Sekitar jam 12 kami sudah tiba di Mersing. Di pelabuhan saya mendapat tiket bis menuju Johor jam 5.30 sore. Menunggu lama lagi. Puk puk bahu sendiri pake tangan David Beckham
Ketika bis datang saya memasukkan sendiri sepeda kedalam bagasi. Supir tidak meminta biaya angkut sepeda.
Saya mengayuh sepeda menuju pelabuhan Stulang Laut, salah satu pelabuhan yang digunakan jika kita menuju Batam. Tidak mudah buat saya mencapai tempat itu. Beberapa kali saya bertanya pada orang. Sekali saya singgah di sebuah rumah makan. Ingin makan sekaligus mencharge hp, supaya bisa saya gunakan mencari arah. Tapi pemilik rumah makan bilang tidak ada tempat mencharge. Saya batal makan dan pergi ke toko disebelahnya. Mereka menolak juga. Wow kejam sekali. Padahal bayarpun saya iklas
Ada yang membantu memberitahu arah Stulang Laut. Bahkan mereka mengejar dengan sepeda motor ketika saya salah jalan, dan mengarahkan ke jalan yang benar
Malam itu saya menghabiskan waktu di Johor dan kemudian kembali ke Batam menggunakan kapal paling pagi jam 7.15
Harga-harga
Kapal Batam - Johor Rp 280.000 PP + Pajak sekitar 130rb PP
Bis Kota Tinggi - Mersing RM 29.30 + sepeda RM 10
Kapal Mersing - Pulau Tioman RM 70
Ongkos Sepeda di Kapal Mersing - Pulau Tioman PP RM 60
Ongkos Mersing - Johor Bahru RM 13
[selesai]
Si abang pemilik tempat kemudian datang ke tenda saya. Dia duduk di gazebo yang ada disana. Kami ngobrol lama sekali. Dari obrolan kami saya tahu kalau Kampung Juara sejarahnya karena mereka dulu selalu memenangkan berbagai pertandingan
Sore itu, saking bahagianya, saya segera lupa tetang mendorong sepeda selama 5.5 jam, yang membuat saya keringat kelereng (jagung terlalu kecil) .
Kamis, 14 Juni 2018: Sewa Motor Seharga Sewa Mobil
Saya bangun pagi, memasak, sarapan, lalu berjalan mencari penyewaan motor. Maksudnya sih supaya seharian bisa cepat mengelilingi pulau. Mengingat besoknya saya harus sudah kembali ke Tekek. Sebenarnya kapal saya jam 10.30, jadi saya harus ada disana 09.30. Tanjakan yang akan saya lalui tidak akan mungkin saya lalui dalam 1-2 jalm. Jadi saya akan meninggalkan Kampung Juara pagi hari. Saya harus sudah disana 15 Juni malam.
Saya bertanya harga penyewaan motor. Dan tahu nggak harganya berapa? 70 Ringgit atau sekitar Rp 245.000. Bukannya pelit-pelit amat ya. Sewa sepeda motor biasanya juga Rp 100.000an. Dikasi harga segitu saya langsung males. Saya akhirnya jalan-jalan saja keliling kampung. Melihat pantai dan rumah-rumah penduduk. Banyak guest house yang cantik-cantik tersedia untuk turis. Kembali saya melihat biawak, monyet dan tupai berkeliaran. Benar-benar kampung yang masih alami
Snorkeling
Sorenya saya menyewa pelampung seharga 10 Ringgit. Saya membawa alat snorkeling dari Batam, jadi tidak perlu menyewa lagi. Pelampung sebenarnya untuk berjaga-jaga saja, karena saya bisa berenang. Tapi untuk berenang jauh ke tengah laut, saya kurang percaya dengan kekuatan saya berenang lama. Dengan pelampung saya tidak perlu takut dihempas ombak atau kecapekan. Apalagi saya sendirian
Snorkeling di Pulau Tioman, Malaysia. Karang berwarna-warni |
Luasnya karang berwarna ungu |
Ungu muda dan ungu tua |
Ungu, kuning dan hijau |
Ikan-ikan lucu di Pulau Tioman |
Pemandangan bawah lautnya luar biasa. Tidak jauh ketengahpun ternyata sudah begitu indah. Karang-karang berwarna warni, ada kuning, hijau, ungu dan tentu saja putih dan abu-abu. Laut dengan karang terindah yang pernah saya lihat adalah Gili Trawangan. Dan saya melihat karang yang sama indahnya di Tioman. Saya snorkeling hingga menjelang gelap. Kemudian kembali ke tenda, memasak dan istirahat
Jumat, 15 Juni 2018: Disiksa Tanjakan Lagi
Seperti yang saya rencanakan, saya sudah meninggalkan lokasi camping saya yang aduhai itu jam 11 pagi. Saya membersihkan semua tempat hingga tak meninggalkan jejak apapun.
Karena 30 menit menjelang tiba di kampung ini saya mengerem hingga disc rem saya berasap, tentunya perjalanan saya diawali dengan jalanan menanjak. Tapi tidak selama ketika menuju Kampung Juara. Saya mendorong sepeda sekitar 3 jam saja. Kemudian jalanan menurun. Tangan saya sampai gemetar karena menekan rem sekuat tenaga.
Saya tiba di Tekek sekitar jam 5. Ada sebuah mobil berhenti menyapa saya dipinggir jalan. Saat itu saya berhenti mengambil gambar lautan. Dia bilang: Are you alright? Saya bilang iya. Ada perbincangan sedikit soal perjalanan saya dan kemudian dia memberikan nomor. Katanya kalau perlu apa-apa silahkan hubungi dia. Kemudian dia ngajak minum bir. Aih. Saya bilang saya cukup capek, dan dalam hati saya mikir. Ini lebaran, kenapa dia nggak ajak makan ketupat ketan khas mereka saja dirumahnya, pasti saya mau. Karena saya sangat ingin mencoba, tapi tak tahu hendak kemana hikss
Malam terakhir di Pulau Tioman |
Saya ke camping ground tempat saya menginap sebelumnya. Setelah mendirikan tenda saya ke pelabuhn untuk mandi. Setelah mandi saya makan disebuah rumah makan. Sepertinya satu-satunya yang buka saat itu. Sebenarnya saya khawatir meninggalkan tenda. Tapi saya membawa barang berharga seperti: uang, kamera dan sepeda. Semoga tidak ada yang mencuri tenda saya
Malam itu saya tidur sangat nyenyak. Angin cukup kencang jadi saya tidak perlu keluar tenda dan jadi makanan nyamuk-nyamuk ganas itu
Sabtu, 16 Juni 2018: Pulang
Besoknya saya mengemas semua barang buru-buru, karena tidak sebentar mengumpulkan rumah, dapur dan pakaian saya kedalam tas. Saya check in tepat jam 9.30. Sekitar jam 12 kami sudah tiba di Mersing. Di pelabuhan saya mendapat tiket bis menuju Johor jam 5.30 sore. Menunggu lama lagi. Puk puk bahu sendiri pake tangan David Beckham
Ketika bis datang saya memasukkan sendiri sepeda kedalam bagasi. Supir tidak meminta biaya angkut sepeda.
Saya mengayuh sepeda menuju pelabuhan Stulang Laut, salah satu pelabuhan yang digunakan jika kita menuju Batam. Tidak mudah buat saya mencapai tempat itu. Beberapa kali saya bertanya pada orang. Sekali saya singgah di sebuah rumah makan. Ingin makan sekaligus mencharge hp, supaya bisa saya gunakan mencari arah. Tapi pemilik rumah makan bilang tidak ada tempat mencharge. Saya batal makan dan pergi ke toko disebelahnya. Mereka menolak juga. Wow kejam sekali. Padahal bayarpun saya iklas
Ada yang membantu memberitahu arah Stulang Laut. Bahkan mereka mengejar dengan sepeda motor ketika saya salah jalan, dan mengarahkan ke jalan yang benar
Malam itu saya menghabiskan waktu di Johor dan kemudian kembali ke Batam menggunakan kapal paling pagi jam 7.15
Masalah klasik setelah jalan-jalan, kulit gatal-gatal bekas digigit serangga. bentol ini banyak di betis dan tangan saya :-( |
Harga-harga
Kapal Batam - Johor Rp 280.000 PP + Pajak sekitar 130rb PP
Bis Kota Tinggi - Mersing RM 29.30 + sepeda RM 10
Kapal Mersing - Pulau Tioman RM 70
Ongkos Sepeda di Kapal Mersing - Pulau Tioman PP RM 60
Ongkos Mersing - Johor Bahru RM 13
[selesai]
Tags:
Malaysia
Touring Sepeda
22 comments
Salut banget sama kak Rina, semangat dan niat nyepedanya menginspirasi sekali apalagi buat ukuran wanita. Pasti seru banget ya kak menjelajah negeri seberang dengan nyepeda, kayaknya bisa jadi salah satu goal yang bisa aku susun bersama keluarga mengikuti jejak kakak. hihi semoga..
ReplyDeletewkwkwk abang penjual lemangnya perhatian banget sama kak rina, uhuyyy...btw salut dan bangga nih punya teman macam kakak nih petualang sejati dan menjadi diri sendiri. Eh ternyata Tioman lumayan keren ya kak buat Snorkeling nih
ReplyDeletecerita kali ini 75% bikin aku sedih karena ikut merasakan perjalanan yang melelahkan , blom lagi ketemu2 orang2 yang pelit dan menyebalkan, 25 % bahagia, karena kakak juga menemukan pantai cantik buat snorkeling...:)
ReplyDeleteKak kalau sepedaan lama gini bb merosot drastis ga??
ReplyDeleteKemanapun dan dimanapun indomie tetap nyangkut yaaa... Hahaha
ReplyDeleteWarbiayasak yah qaqaque ini... Wonder Woman. #Ntaps
ReplyDeleteAku cape ngegowesnyaa ehh bacanya, jadi ngos2an..
ReplyDeleteSaluuut, pengen ikotan tapi pake motor aku yaa hahahhaa, btw gimana kalo motor dimasukin bagasi bus yaaa, bakalan kena caas hhii
Wah sopir taksinya payah ne. Main tipu-tipu. Tapi salut sama petualangannya!
ReplyDeleteYa ampun petualangan yang seru, senangnya dekat ya kalau mau ke luar negeri gitu Kak :-D
ReplyDeleteNgegoesnya jangan sampe kecapean kak, jaga kesehatan selalu. Terima kasih telah membagi pengalaman serunya, jadi kepengen ngecamp.
Selain kagum dengan pemandangan bawa laut yang indah, saya juga kagum dengan bawaannya yang emang banyak. Hiihihi
ReplyDeletewow, seru banget mbak perjalanan bersepedanya. Kagum
ReplyDeleteWarbiasahh ka rina 👏 wanitaa tangguh pemberani nimahh hehee kerenn 👍
ReplyDeleteMasya Allah, berani banget, nenda di ladang. Kalo rame-rame sih okay aja. Ini sendiri.
ReplyDeleteBtw, tipu-tipu sopir taksi ada juga yang di Malaysia!
What a great experience! And you manage to do snorkeling as well! Aku jadi pengen coba deh
ReplyDeleteAmazing banget kakak satu ini. Trip selanjutnya mau bersepeda kemana lagi nih? Ga sabar nunggu cerita selanjutnya
ReplyDeletegua sih bayangkan betapa besar usaha loe untuk dapat foto dan video loe berepedah rin, pasti ada adegan pasang kamera terus pura2 genjot adegan ala2 bersepeda
ReplyDeletedemi apa semua ini?
konten
Warna-warni perjalanan yang sangat seru sekali. Keren banget kak Rin.. ada sebelnya, ada perjuangannya, dan ada ngakaknya kala pukpukin pake tangan Beckham. haha
ReplyDeletecantiknya karang-karang bawah laut itu kak..
ReplyDeletegak papa bawaan makanan banyak kan sedang dalam masa pertumbuhan... heee
Serius... Kepengen banget nemenin Kak Rina...
ReplyDeleteWow sendirian mbak? Ooo ternyata bisa ya naik kapal Batam trus ke Johor langsung (eh apa nmelewati Singapura dulu ya)?
ReplyDeleteNyebelin banget pasti ya ketemu driver2 taksi kyk gtu, untungnya ada bus ya mbak meski nelat TFS ceritanya seru
Waduh saya masih susah nih ngebayangin jalan-jalan naik sepeda. Mana ada acara tanjakan juga. Salut mbak
ReplyDeleteHahahaha eka ngk akan tanya kenapa kakak sepedaan jauh tapi tetap gemuk, lah kalo hati bahagia itu emang paling sulit nurunin berat badan #pengalaman,
ReplyDeleteSalut ama semangat dan petualangan kak Rina, berani dan petualang sejati.
Terimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan pesan untuk tulisan ini yaa. Terimakasih