Touring Sepeda Batam - Johor - Pulau Tioman, Malaysia (Bag I)
Pelabuhan Stulang Laut Exit ke sebuah Mall, jadi sepeda saya ngemall untuk pertama kalinya. Sekalian saya mengambil uang di ATM |
Seminggu sebelumnya saya sempat googling soal daerah-daerah sekitar johor karena saya ingin kesana jika liburan cukup panjang. Tapi informasi yang saya dapatkan tidak banyak, karena saya hanya mencari sekilas
Jam 5 ketika pulang kerja, saya langsung ke Travel agent yang tidak jauh dari kantor untuk membeli tiket pulang pergi Batam-Johor.
Persiapan
Sedetik sampai dirumah saya langsung mulai mengemasi barang yang akan saya bawa. Pakaian, perlengkapan kecil-kecil yang cukup banyak jika dikumpulkan, perlangkapan makan: piring, sendok, cangkir, perlengkapan memasak: kompor, gas, korek, perlengkapan mandi, perlengkapan sepeda seperti ban cadangan, peralatan untuk memperbaiki sepeda, senter, baterai, kamera, tripod power bank, obat-obatan dll
Tanggal Liburan saya mulai tanggal 9 sampai 17 Juni 5 hari off + weekend |
Karena tidak ada planning saya tidak ada membeli makanan, jadi saya membawa apa saja ang ada di stock saya: 3 buah mi instant, kecap, minyak goreng, kacang hijau kupas, bawang, gula, teh celup
Saya packing hingga larut malam dan melanjutkan finishing nya dipagi hari.
Sabtu, 9 Juni 2018: Menuju Johor
Jadwal ferry saya berangkat jam 12.30. Penumpang wajib check in 1 jam sebelumnya. Sekitar jam 10 saya sudah mengayuh sepeda menuju pelabuhan. Saya singgah di warung untuk membeli telur. 3 buah telur saya masukkan ke dalam ransel dengan maksud akan memasukkannya ke dalam wadah telur khusus camping. Sampai di pelabuhan saya check in dulu dan menyerahkan sepeda dan tas yang nyantol di sepeda kepada pihak kapal. Sepeda saya menghilang di balik pintu.
Catatan Perjalanan Bersepeda Dari Dumai Ke Samosir (Bagian I)
Tragedi Telur Pecah
Karena hampir jam 12, saya keluar pelabuhan untuk makan. Ada tempat makan persis disamping pelabuhan. Selesai makan, saat akan mengambil uang, saat itu saya melihat tas saya basah. Awalnya saya kira karena saya menaruh tas di meja yang basah. Saya segera sadar kalau itu adalah telur yang belum sempat saya pindahkan ke tempat telur yang ada di tas makanan. Telurnya pecah. Walau di dalam kantung plastik, tetap telur itu merembes kemana-mana
Video perjalanan saya bisa dilihat disini
Semua barang segera saya keluarkan dari ransel. Saya panik karena basahnya sudah mengenai tas kamera mirrorless. Saya menumpang ke ibu yang punya rumah makan untuk membersihkan tas itu di wastafelnya. Rupanya tidak ada air dari kran washtafel. Hanya ada di Drum plastik. Entah ini kejadian karena mati PAM atau memang air hanya ada di waktu-waktu tertentu saja. Soalnya tempat makan itu sepertinya bukan bangunan legal.
Duhh, bukannya saya bak keledai yang melakukan kesalahan yang sama 2 kali. Tapi kali ini memang belum sempat memindahkan ketempat seharusnya.
Saya meminta kantong plastik dan memasukkan barang saya salam 1 kantong, dan tas saya yang basah dalam 1 kantong. Lalu membuang telur itu. Telur masih ada yang utuh, tapi saya malas ngurusinnya. Saat itu waktu sudah mendesak untuk saya masuk ke ruang tunggu
Catatan Perjalanan Bersepeda Dari Dumai Ke Samosir (Bagian II)
Saya meninggalkan rumah makan itu dan masuk ke dalam ruang tunggu ferry. Di ruang tunggu saya manfaatkan waktu ke toilet lagi untuk mencuci tas saya dengan hand wash yang ada disana. Berkali-kali saya cuci tetap baunya amis. Sayapun merasa saya ikutan amis. Ketika saya keluar dari toilet, petugas sudah memanggil nama saya untuk segera masuk kapal. Rupanya tinggal saya yang belum masuk. Haduh
Kapal tiba di Johor sekitar jam 4 waktu setempat. Waktu Malaysia 1 jam didepan kita. Saya langsung keluar pelabuhan dan menggunakan Aplikasi maps.me yang bisa digunakan tanpa koneksi internet. Tidak mudah menemukan jalan karena saya memang tidak mengerti jalan di Johor sama sekali. Biasanya saya kesana tinggal naik bis atau taksi ke terminal bis Larkin.
Camping Sendirian
Menjelang jam 6 saya menemukan sebuah lapangan bola yang cukup luas dan berhenti untuk mempertimbangkan mendirikan tenda disana. Ada bangunan toilet disana, tapi tidak ada airnya. Toilet itu sudah tidak dipakai. Lapangan itu adalah bagian dari sebuah sekolah yang ada di seberang jalan. Ada tanda dilarang masuk. Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti disana. Saya punya cukup air untuk memasak dan minum malam itu. Tentunya tidak untuk mandi. Sikat gigi cukuplah
Tenda saya di hari pertama. Dibelakangnya adalah kebun karet |
Mendirikan tenda. Tempat saya nge "camp" di depan itu adalah lapangan bola Tempat ini agak menurun dari lapangan di depannya |
Malam itu saya sangat sensitif dengan bunyi-bunyi yang ada di sekotar saya. Tentu saja saya takut. Saya menyiapkan alat setrum dan pisau disamping ketika saya tidur. Walau takut, saya tidur sangat nyenyak
Minggu, 10 Juni 2018: Berjuang Keluar dari Johor
Masih gelap ketika saya bangun, segera saya keluar tenda, memasang kamera untuk mengambil video timelapse. Rupanya setelah melihat hasilnya, yang saya ambil ternyata foto timelapse, duhh hiks. Tapi hasilnya bisa dilihat dibawah ini
Video Timelapse yang salah, rupanya saya mengambil foto timelapse. Ini salah satu dari 500an foto yang diambil Sebelah kiri tenda saya, nampak saya menggantung tas supaya lembabnya hilang |
10 menit menjelang jam 7 pagi saya sudah meninggalkan tempat itu. Saya sarapan di sebuah rumah makan India. Saya melihat rumah makan tidak ditutup tirai selama di Malaysia, padahal saat itu puasa
Sekitar jam 9 saya menyadari sudah melewati jalan yang sama sebelunya. Berarti 1 jam saya mengayuh sepeda sia-sia. Pengen rasanya nangis-nangis tapi malu ama ban sepeda. Ban sepeda bilang: aku aja kuat, masa kamu nggak. Puk-puk diri sendiri
Sekitar jam 10 saya singgah di sebuah swalayan untuk belanja bahan makanan. Semua mata menatap saya dimanapun saya bertemu orang. Namun tidak ada yang mengganggu atau berkomentar iseng seperti yang saya alami saat Tour Dumai - Samosir dulu
Saya berusaha keluar dari Johor, tapi sulit menemukan jalan yang benar. Maps.me sering membuat saya berhenti di persimpangan karena dia akan bunyi setelah saya dipersimpangan. Padahal seharusnya sebelumnya sudah kasi saran dong, supaya saya tahu harus belok kiri atau lurus.
Akhirnya setiap 15 meter menuju sebuah persimpangan saya harus berhenti melihat peta. Wasting time banget
Mau lurus atau belok kiri? Peta selalu terlambat memberitahu, yang membuat saya harus berhenti menjelang persimpangan, untuk tahu saya harus kemana |
Jalanan di Johor selalu menyediakan bahu jalan seperti ini, saya merasa sangat nyaman bersepeda disana |
Tempat yang luas untuk istirahat. Saya sunggurh iri melihat jalanan mereka |
Suatu kali saya sudah berhenti memeriksa peta untuk melihat saya harus kemana. Saat saya sudah jalan lurus melawati lampu merah, peta bersuara menyarankan saya untuk lurus. Karena kesalnya saya bilang ke wanita yang berbicara dari dalam aplikasi "ah diam lu" Sekarang sih ingatnya lucu, tapi saat itu benar-benar kesal
Perjalanan keluar dari kota Johor sangat rumit. Banyak jalan layang dan jalan bersusun. Selain saya tida mengerti jalan mana y ang harus dipilih, petunjuk juga sangat kurang. Saya melewati jalan yang sama lagi untuk ke-2 kalinya
Singkat kata. Akhirnya saya berhasil keluar dari kota, ke jalan antar kota. Jalan antar kota jarang ada persimpangan, jadi saya bisa fokus mengayuh sepeda, bukan berhenti melihat peta atau bertanya pada orang
Saya melintasi perkebunan sawit, tapi sangat berbeda dengan perkebunan sawit di Indonesia. Disini posisi pohon sawit jauh dari jalan. Kalau di Indonesia persis disamping jalan
Banyak yang menjual lemang di sepanjang jalan menuju Kota Tinggi. Kebanyakan menjual batangan. Sekitar jam 6.30, saya berhenti di sebuah penjual yang saya lihat menjual dalam kotak makanan (bukan batangan). Mereka membolehkan saya membeli 5 Ringgit. Ini request khusus karena penjual menjual 1 box 7 Ringgit.
Saya bertanya pada penjual apakah Kota Tinggi masih jauh. Dia bilang sudah dekat, sekitar 1 jam. Ada 2 orang pria dan 1 orang anak laki-laki berusia 7 tahun. Saya bertanya apakah mereka akan disana sampai pagi. Dia mengiyakan. Segera saya bertanya apakah saya boleh mendirikan tenda disana. Si abang langsung mempersilahkan. Dibawah lokasi dia jualan ada ladang yang terdiri dari kolam ikan dan sebuah rumah yang sepertinya untuk penjaga ladang.
Dipersilahkan begini rasanya senang sekali. Saya segera menuju ke ladang mereka. Si abang menunjukkan bahwa disana ada pancuran, tapi tidak ada toilet
Saya mendirikan tenda dengan cepat dan segera mengambil perlengkapan mandi, kemudian mandi di pancuran itu. Tau nggak teman-teman, mandi saat itu terasa nikmat tiada tara. Malam sebelumnya saya tidak mandi ditambah lagi debu, keringat dan rasa lelah mengayuh seharian. Semua hilang dibawa air. Meski saya harus mandi dengan baju lengkap. Saya berganti pakaian di sebuah bangunan rusak
Saya masak dan makan kemudian pergi ke tempat mereka jualan. Dari obrolan, mereka menyarankan saya untuk naik bis menuju kota Mersing. Menurut mereka, jalan kesana melintasi hutan rimba dan banyak penyamun. Lucu juga mendengar istilah penyamun. Kata yang jarang sekali dipakai dalam bahasa kita. Mengingat jarak 92 km, yang pastinya akan membuat saya harus menginap 1 malam lagi dijalan, saya memutuskan untuk naik bis
Bersambung disini
Baca Juga:
Tour Sepeda Ke Daik, Pulau Lingga
14 comments
Touring pakai sepeda itu sesuatu banget..asyik kalau rombongan ...
ReplyDeleteKalau sendirian..ih, super deh..
Pengen baca kelanjutannya lagi..
kak rina berani banget nge camp sendirian, minimal ada 1 orang temen, tapi kalo hobby semua bisa di lewati, selalu salut sama semangat nya kak rina.
ReplyDeletesukses selalu kak
Kebayang deg2an den seru nih touring sepeda. Kalau aku sih belum berani nih, mba. Apa dimulai dari jarak dekat dlu ya. Terima kasih telah berbagi yaa
ReplyDeleteBerani banget ya nenad di mana aja. Seru juga sih! Tapi ini sendiri. Trus yang fotoin pas buka tenda dan pasang tenda itu siapa??
ReplyDeleteAkhirnya diposting juga... Wanita pemberani Dan kuat... So inspiring banget deh .. semoga aku bisa mengikuti jejak langkahnu
ReplyDeleteNyaliku ciut seketika membaca bagian kak rina standby alat setrum dan pisau.
ReplyDeleteBerani sekali kakaaak ini.
Warbiyasaaaaaak
Duh ketar ketir aku bacanya, kak. Kk ini super duper, deh! Nggak kebayang kalo aku kayak gitu, mati anak ayam ketakutan...hiks. Aku tunggu kelanjutannya, kakk........
ReplyDeleteHaduh suara mba penunjuk peta emang sering telat apalagi kalau koneksi internet buruk
ReplyDeleteWah, mbak. Aku baru kali ini baca tulisan travelling pakai sepeda. Keren banget mbaknya berani tidur sendirian di lapangan bola itu
ReplyDeleteSelalu kagum dengan kegiatan bersepedanya kak Rina. Ditunggu kisah lanjutannya kak
ReplyDeleteLumayan ya mbak rute touring sepedanya. Aku udah lama nggak naik sepeda, mungkin baru ngayuh sebentar udah ngos-ngosan :)
ReplyDeleteNggak tahu lagi lah mau bilang apa. Kak Rina petualang sejati. Jadi terinspirasi banget....
ReplyDeleteAh maps.me. Favorit aku kalo traveling.
ReplyDeleteKak next ajarin cara ngerawat sepeda. Sepedaku koq setiap 3 bln udah hancur aja 😣😣😣
ReplyDeleteTerimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan pesan untuk tulisan ini yaa. Terimakasih